Happy reading guys ;)
Dua hari setelah acara lamaran, Karina disibukkan dengan jadwal terakhir pemotretan yang baru Winona infokan kemarin malam. Papanya tidak bisa membatalkan jadwal yang ini. Ingin rasanya Karina kabur dari schedule hari ini. Tapi rasanya ia tidak bisa. Semenjak semakin dekat dengan Jevan, ia tahu arti profesional dan menghargai orang lain. Sedikit banyak lelaki itu membawa pengaruh baik terhadap Karina. Ya meskipun jiwa menghamburkan uang nya masih sulit dihilangkan.
Sedari tadi pagi Karina banjir ucapan selamat. Siapa sangka acara lamaran yang di rekam Seanno masuk trending top 3 di kanal aplikasi merah.
"Wah aura pengantin sangat memancar" komentar Johnny yang menjadi photografer kali ini.
"Hahaha.. apasih bang." Jawab Karina malu.
"Jadi kapan nih pernikahan diadakan?"
"10 hari lagi, undangan menyusul.. jangan lupa dateng lho.." Ingat Karina
"Oke noted, udah sana ganti baju. Foto yang diambil sudah cukup." Karina mengangguk dan pamit menuju ruang ganti.
"Ini baju ganti." Winona menyodorkan paperbag. Asisten Karina sedang cuti jadi mau tidak mau Winona yang mengurusi semua keperluannya khusus hari ini.
"Lo pucet banget Win, sakit?" Tanya Karina yang sudah berganti baju.
"Sedikit pusing." Jawab Winona lemas. Karina memegang dahi sahabatnya itu. Sedikit panas.
Wanita itu berdecak, "Duduk sana, biar gue aja yang beresin. Kalau sakit tuh bilang jangan maksain kaya gini." Omel Karina.
"Nanti lo sendirian." Jawab Winona seadanya dan ia sudah bersiap mendengar omelan dari Karina.
"Pulang bareng gue sama Jevan aja, atau bareng supir gue dia masih stay." Winona hanya mengangguk baru dua langkah berjalan ia sudah terhuyung, dengan sigap Karina menahan tubuh Winona sebelum membentur lantai.
"Winona.. Jangan bercanda Win.." Karina menepuk pipi Winona yang sudah pingsan dipangkuan nya.
Dengan cepet dia mengambil ponselnya menelpon supirnya, "Pak den, siapkan mobil dan panggil beberapa orang. Winona pingsan."
Kepanikan sangat terlihat jelas di wajah cantiknya.
•••
Karina duduk disofa ruangan salah satu rumah sakit dengan menyenderkan kepala, tangannya aktif memijit kening pelan. Kabar yang barusan dia terima membuat kepalanya berdenyut hebat.
"Siapa ayahnya?" Tanya Karina ketiga kalinya, sementara sahabat yang merangkap jadi manajernya diam seribu bahasa.
Beberapa menit yang lalu hasil pemeriksaan Winona keluar dan kabar mengejutkan mereka terima, wanita cantik itu positif hamil. Winona hamil.
"Siapa? Jaeden?" Karina menyebutkan nama sepupunya karena akhir-akhir ini Winona lebih dekat dengan Jaeden.
Winona menggeleng.