BAB 22

12.8K 1.4K 275
                                    

Selamat membaca!

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oceana

***



"Lebih enak ayam buatan aku atau lemonade buatan Salma, sayang?"

Jevan menatap Karina bingung, dahi nya berkerut dalam. "Pertanyaan apa itu? apa maksudnya, aku gak ngerti." kemudian menyimpan gelas di meja dan duduk mendekat ke arah Karina ketika merasakan ada kemarahan dalam ucapan wanitanya, lalu mencoba menggenggam tangan wanita itu.

Karina menghembuskan nafas jengah, menatap Jevan dengan tatapan menuntut. Menarik tangannya yang berada di genggaman pria itu.

 "Seenak apa minuman wanita itu sampai kamu selalu minta dibuatkan?" Tanyanya dengan wajah dingin.

Jevan sedikit terhenyak ketika tahu kemana pembahasan Karina, lalu ia pun teringat tadi meminta Salma membuatkannya minuman segar. Dengan sedikit meringis ia berkata, "Jangan marah, aku hanya meminta dibuatkan minuman saja, sayang." Jelasnya.

"Tapi kenapa harus Salma? dari banyak orang yang kerja disini kenapa harus Salma? dan wanita mu bilang dia sudah melakukan itu dari dua tahun yang lalu." dengan tangan menyilang di dada Karina menatap marah.

"Dia bukan wanita ku." potong Jevan cepat. "Dan maaf aku lupa mengatakan hal itu."

"Lupa atau memang gak berniat memberi tahu? ah apa jangan-jangan kalian ada affair di belakang ku?" ujarnya dengan sinis.

Jevan mendengus tidak suka mendengar ucapan berlebihan Karina, "Omongan kamu makin ngaco, ini hal sepele Karina. Kamu gak harus marah kaya berlebihan seperti ini!" Ujarnya sedikit menaikan nada ucapannya, ikut tersulut mendengar perkataan Karina.

Karina sedikit tersentak mendengar Jevan membentaknya, Hatinya lebih sakit mendengar bentakan Jevan. Rasanya ia ingin menangis.

Karina bangkit dari duduknya, "Jadi aku harus gimana ketika liat kamu masih berhubungan dengan masa lalu kamu? harus memberi support?" Muaknya.

Muka cantik itu sudah memerah karena menahan tangis dan menahan emosi yang sudah ia tahan sedari tadi.

"Kamu aja bisa marah ketika aku hanya berdekatan dengan Gio yang notabennya adalah sahabat ku sendiri, kenapa aku gak boleh marah ketika tau kamu dan Salma masih dekat!" cerocosnya penuh emosi, tenggorokanya tercekat menahan tangis.

Jevanpun ikut bangkit berusaha memegang tangan Karina yang terus di mendapat tepisan, "Salma disini hanya berkerja, gak lebih dari itu."

Dengan cepat pula ucapan Jevan dipotong, "Ia kemudian menggoda kamu kan? Damn you, Jevan! you're married man! Kamu seharusnya bisa batasin diri kamu seperti kamu membatasi aku!" tuduh Karina sambil terus melayangkan aksi marahnya.

Jevan hanya mencoba bersabar padahal emosinya ikut naik ketika mendengar Karina mengucapkan hal yang tidak-tidak, pria itu mencengkram lengan Karina sedikit keras, "Dengar! Kamu bisa check cctv, Aku dan Salma hanya sebatas rekan kerja enggak ada interaksi yang lebih dari itu dan masalah minuman yang kamu ributkan itu bagian dari kerjaannya juga, dia merangkap menjadi barista pribadi ku." Jelasnya sambil menatap Karina lekat.

Perfect Couple || Jeno - KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang