BAB 38

12.1K 1.1K 382
                                    


Happy Reading!

"Rasanya aku mau diem di rumah aja selamanya sama kamu." Ujar Jevan dengan suara seraknya.

"Hmmm, tapi sori banget aku nggak suka pengangguran, lagian kita udah diem di rumah selama tiga hari itu udah cukup. Kerjaan kamu makin banyak nanti." Jawab Karina sekenanya.

"Tapi tiga hari belum cukup buat ngeyakinin kamu untuk kembali percaya sama aku."

"Agak dongak dikit." Pinta Karina.

Jevan mendongakkan kepalanya, membiarkan Karina  mengoleskan krim pencukur pada wajahnya.

"Semuanya butuh waktu, bantu aku buat bangun kepercayaan itu." Jawab Karina yang duduk di atas meja wastafel sambil fokus mengusapkan krim di rahang Jevan.

Jevan mengangguk pasti, "Apapun aku lakuin buat kebaikan hubungan kita, aku pasti lebih terbuka sama kamu dalan hal apapun. Aku gak akan berjanji, aku berusaha lebih baik untuk kamu untuk hubungan kita."

Karina mengangguk, "Iya, kamu udah ngucapin itu berapa kali. Sekarang mingkem." Suruhnya.

Jevan menutup mulutnya, kedua tangan yang tadi ia letakkan di samping tubuh Karina sekarang berpindah menjadi di pinggang Karina, memeluk wanita itu posesif.

Jevan merendahkan tubuhnya agar Karina tidak kesusahan mengoleskan krim pada area bawah hidungnya.

"Nah selesai, tinggal cukuran." Ujar Karina, "Lepas bentar, aku mau cuci tangan."

Dengan enggan Jevan melepaskan tangannya, membiarkan Karina mencuci tangan dan mengambil pisau cukur.

Hari ini Karina membantunya bercukur sebelum ke kantor, setelah satu bulan lamanya Jevan membiarkan rambut halus memenuhi area pipi dan rahang.

"Jangan banyak gerak kalo nggak mau luka." Ucap Karina sebelum menggerakkan tangannya.

Shaving Jevan's face, mungkin salah satu kegiatan favorit Karina. Dimana Jevan akan terus menatapnya dengan mesra dan penuh cinta dan juga pemandangan Jevan yang akan berdiri di hadapannya dengan bertelanjang dada sehabis mandi juga dengan rambut basah yang sangat Karina sukai.

Dan saat ini memang Jevan menatap Karina penuh cinta, wanita yang sangat dia cintai di dunia ini. Wanita yang sudah menjadi pendamping hidupnya selama tujuh bulan, ya tujuh bulan yang penuh warna.

Pertengkaran kemarin sangat membuat Jevan menyesal apalagi ketika Karina mengatakan membutuhkan waktu menenangkan pikiran dengan berjauhan dengannya bahkan berencana kabur. Tidak, Jevan tidak bisa membiarkan itu terjadi. Karina pusat hidupnya sekarang, jika tidak ada Karina disampingnya mungkin dia akan gila.

Jevan sangat menyadari dirinya sudah sangat ketergantungan akan Karina dalam segala hal, tidak bisa dan tidak mampu ia bayangkan jika Karina benar-benar meninggalkannya.

"Kenapa melamun?" Tanya Karina ketika melihat Jevan yang hanya diam.

"Hmm?" Gumam Jevan sambil mengusap pinggang Karina.

"Kenapa melamun?" Ulangnya.

"Enggak apa apa."

"Nengok ke kanan sebentar."

Jevan mengikuti kemauan Karina.

Karina membersihkan wajah sebelah kiri Jevan dengan hati-hati agar pisau tidak melukai pipi Jevan.

"Oceana."

"Hmmm."

"Terima kasih telah bertahan dan mengikuti kemauan ku."

"Enggak aku nggak ngelakuin itu untuk kamu, aku ngelakuin itu untuk kita, untuk rumah tangga kita."

Jawaban Karina berhasil membuat hati Jevan menghangat.

Perfect Couple || Jeno - KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang