Annyeong yorobun, akhirnya update juga yaa🤭
Selamat membaca!
Setelah mendapat kabar dari Giselle tentu saja Jeno dengan cepat menuju tempat dimana Karina berada.
Harinya cukup buruk, ada beberapa masalah diperusahaan. Awalnya berharap ketika pulang mendapat pelukan hangat dari Karina yang ternyata belum pulang sama sekali.
Jevan menyetir mobil dengan kecepatan penuh, terkadang tangannya mencengkram kemudi menahan kesal. Kesal akan baju yang Karina kenakan, kesal karena Karina bertemu mantan kekasihnya dan juga karena perempuan cantik itu tidak memberinya kabar sama sekali.
drrt drrt
Jevan melirik ke arah Handphone yang menyala, nama Karina tertera di sana dengan segera ia menggeser layar handphone.
"Sayang.." cicit Karina pelan disebrang sana.
"Kemana saja?"
"Maaf tadi aku lupa menghidupkan handphone."
"Jangan marah, tadi aku hanya ngobrol engga lebih." Jelas Karina yang seolah tahu Jevan sedang marah.
"Sebentar lagi aku sampai ditempat kamu." Jevan mengalihkan obrolan.
"Hmmm hati-hati"
Berbeda dengan Jevan yang sedang mengatur emosi, disisi lain Karina sedang misuh-misuh kepada Giselle si biang kerok yang suka mengadu kepada suaminya.
"Lo emang temen gak bergunaa Giselleee! gue curiga tante Krys pas hamil lo nyemilinnya kompor gas, anaknya kompor banget."
Sementara Giselle hanya tertawa puas, "Sorry gue gak tau si kampret se cemburuan itu dan posesif banget sama lo."
Karina hanya mendengus sambil memasukan bawaannya kedalam tas.
"Yaudah nanti gue bantu jelasin deh," Giselle merasa sedikit bersalah.
"Gak usah, lo beliin gue sepatu aja buat permintaan maaf."
Giselle melongo, "Kok gue jadi rugi."
"Beliin atau gue marah."
"Iya iyaa," Giselle pasrah, marahnya Karina menyeramkan. Dulu dia pernah tidak dianggap sama sekali oleh Karina selama satu bulan lamanya. Memang sadis sahabatnya itu.
"Lo mau cabut sekarang?" Tanya Giselle kemudian melihat Karina bangkit.
"Jevan bentar lagi nyampe, lo gak mau nganterin gue kebawah?"
"Sendiri aja sana, gue mau makan."
Karina hanya mengangguk, kemudian berjalan kebawah sendirian. Ingatkan dia nanti untuk mencari asisten baru agar tidak terlalu kerepotan seperti ini.
"Rinn," panggil seseorang yang membuat Karina berhenti melangkah.
"Loh udah mau pulang?" Tanya Gio ketika sudah didepan Karina.
"Eh iya nih gak bisa lama, suami gue udah mau jemput."
Gio senyum terpaksa, ada sedikit tidak rela ketika Karina mengatakan itu.
"Bawaanya banyak, sini gue bantuin." Katanya sambil mengambil beberapa bawaan Karina.
"Eh gak usah yo, bisa sendiri kok."
"Udah yuk jalan ini berat, tangan lo gak akan kuat." Kata Gio jalan mendahului Karina menuju lift.
Berat apanya, itu hanya paperbag berisi coklat dan satunya tas kecil berisi baju dan makeupnya.