BAB 46

15.1K 1.2K 350
                                    

Sapa yang kangennn Jevan Oceana? :p

Scene ini emang agak panjang, isinya cuap cuap pasutri guna menyelesaikan masalah ceunah xixixi

Happy Reading ;)


"Jangan nangis, aku bikinin ulang ya, kali ini kuning telurnya enggak akan pecah."

"Aku udah nggak mau." Jawab Karina sambil sesenggukan.

Jevan yang berjongkok di hadapan Karina mengusap air mata yang membasahi pipi Karina, "Yaudah berhenti nangis, nanti matanya bengkak."

"Kesel, aku cuman minta bikinin telur ceplok aja tapi kamu nggak bisa."

Selama di rumah Oma, Jevan berusaha sabar ngeladenin kelakuan Karina ketika mood swingsnya muncul, membantu Karina ketika mengalami morning sickness atau perubahan hormon. Seperti tadi contohnya Karina meminta dibuatkan telur mata sapi dimana telurnya harus sempurna dan kuningnya tidak boleh pecah. Jevan yang kaku berusaha membuat telur dengan sempurna, lima kali percobaan telurnya selalu gagal berakhirlah dengan tangisan Karina.

Karina semakin cengeng, pernah Oma secara tidak sengaja berbicara dengan intonasi sedikit naik dan Karina menangis seharian merasa Oma mulai membencinya, tidak menyayanginya. Semua yang ada di rumah harus lebih hati-hati menghadapi Karina, salah ucap sedikit tamat sudah.

Mereka sudah berbaikan? Oh tentu belum. Karina masih sering bersikap dingin dan acuh, Karina selalu berusaha menghindari dari Jevan bertingkah menyebalkan dan seenak agar Jevan muak dan kerepotan menghadapinya, tapi semua selalu gagal Jevan begitu sabar. Lelaki itu hanya tersenyum bahkan ketika Karina menumpahkan susu di atas laptop Jevan yang sedang menyala, lelaki itu hanya tersenyum sembari mengingatkan Karina agar lebih hati-hati.

Pun hormon kehamilan yang selalu menggagalkan rencana Karina untuk menjauhi Jevan, karena hormon kehamilan Karina ingin selalu berdekatan dengan Jevan, dia akan tidur nyenyak kalau di peluk Jevan, ketika pusing ingin mencium bau Jevan agar pusingnya reda, bahkan makannya akan menjadi lebih nikmat jika disuapi Jevan, menyebalkan memang. Dengan sepenuh tenaga Karina berusaha menghalau rasa itu tapi nyatanya susah, dorongan ingin terus bersama Jevan sangat kuat.

Belum apa-apa udah kubu bapaknya aja.

Dengan penuh keterpaksaan Karina selalu meminta bantuan Jevan, mengizinkan Jevan untuk tidur di sebelahnya dengan berakhir saling memeluk di pagi hari.

"Anggap aja lakuin ini buat si bayi." Ucap Karina setiap menginginkan bantuan dari Jevan.

Jevan begitu ekstra sabar menghadapi Karina dan Jevan bisa merasakan Karina sedikit luluh sejak insiden ia kecelakaan. Maksudnya sudah tidak terlalu dingin, kadang mengingatkan Jevan untuk mengkonsumsi obat atau untuk lebih banyak istirahat tentu berucap dengan nada penuh gengsi miliknya.

Ada dua hal saja yang kadang mengganggu Jevan, morning sickness dan pola makan Karina. Untuk morning sickness rasanya Jevan tidak tega melihat bagaimana tersiksanya Karina setiap dini hari hingga wanita itu merasakan lemas setelahnya dan masalah makanan Karina menjadi lebih pemilih, juga wanita itu enggan memakan nasi katanya mual hanya dengan mencium baunya saja. Jevan harus lebih extra membujuk Karina soal makanan.

"Jangan handphone terus."

Jevan masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan.

"Apasih, ini baru pegang, nggak usah main tuduh gitu." Balas Karina langsung mematikan handphonenya.

Jevan duduk di tepi tempat tidur, "Oma bilang belum makan malam? kenapa belum makan, ingat kamu lagi hamil nggak boleh males makan." Tanya Jevan setelah seharian pergi keluar untuk menyelesaikan sesuatu.

Perfect Couple || Jeno - KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang