BAB 50

15.3K 1.1K 251
                                    




Happy Reading!!



"Lunch boxnya nanti dikirim ke kantor kamu jam 11an."

"Jadinya kirim lunch box? Nggak mau makan siang bareng?" Jevan menatap Karina dari layar handphone, terlihat Karina bertelponan dengannya sambil memakan buat stoberi, buah yang sangat digemari sejak awal kehamilan.

"Aku mau makan siang bareng Giselle sama mbak Roseanne juga."

"Makan yang bergizi ya sayang jangan banyak makan makanan aneh dan sembarangan, jangan beli makanan dipinggir jalan seperti kemarin nggak sehat." ucap Jevan yang sangat tau Oceana lebih mudah tergiur makanan pinggir jalan.

"Gado-gado itu sehat, Jev." jawab Karina yang tau Jevan sedikit menyindirnya masalah makanan kemarin.

"Tapi kamu beli dipinggir jalan, lain kali beli di tempat yang bersih."

"Pinggir jalan bukan berarti—"

"Aku nggak mau dibantah, sayang."

Karina merollingkan kata, "Hmm, oh aku lupa bilang, makasih untuk kiriman bunganya cantik aku suka."

"Bunganya udah sampai?"

"Udah, tapi kenapa ada dua buket? satu lagi buat siapa?"

"Yang tulip buat bebi, biar dia tau papanya juga sayang sama dia."

Karina mencebik, "Kandungan aku masih berapa minggu tapi kamu udah kaya gini."

Jevan tersenyum, "Loh emang kenapa? Nggak boleh kalo aku kasih bunga buat calon anakku?"

"Ya boleh sih.."

Terdengar ada yang mengetuk pintu kerja Jevan, Jevan merubah posisi duduknya, "Sebentar, sayang." ucapnya pada Karina, wanita itu mengangguk sambil memperhatikan suaminya yang tidak mematikan video call, setelah semua yang terjadi hubungan mereka semakin manis, Jevan selalu menyempatkan waktu untuk menelpon Karina ketika ada waktu senggang.

Kepala Julian menyembul dari balik pintu, "Pak, ada pak Erik ingin—" belum sempat Julian mengelesaikan ucapannya Erik menerobos masuk, "Gue nggak harus nunggu buat bicara sama si brengsek ini." Ucapnya kasar, Erik bisa melihat Jevan sedang duduk di kursi besarnya dengan tangan memegang handphone.

"Maaf, pak. Beliau terus memaksa masuk." Julian merasa bersalah tidak bisa menahan Erik.

Jevan menghela nafas malas, "Kamu keluar aja Jul, tinggalin saya berdua sama orang ini." perintah Jevan kepada Julian, secepat kilat Julian menutup pintu ruangan meninggalkan Jevan dan Erik.

Karina yang tau Erik tiba-tiba datang tentu ikut kaget, ibu hamil itu sedikit takut akan ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
"Jev.."

"Aku telpon lagi nanti ya." Jevan mematikan panggilan tanpa menunggu jawaban Karina dan itu membuat Karina semakin tidak tenang.

"Mau apa?" Tanya Jevan dengan cepat dan dingin, Jevan berjalan menghampiri Erik.

Erik yang terlihat emosi segera menyerang Jevan dengan pukulan keras sampai Jevan tersungkur, Jevan yang bingung menahan Erik yang berniat kembali menyerangnya.
"Lo apa-apaan!" Jevan mendorong Erik.

"Lo yang apa-apaan!" Teriak Erik.

Jevan berdesis rahangnya begitu ngilu, kelengahan Jevan dimanfaatkan Erik yang kembali mendaratkan pukulan dirahang Jevan, "Dari kapan lo tau semua ini?!"

Erik membanting tubuh Jevan sampai mengenai meja, Jevan sempat kewalahan untuk menahan Erik yang terus menyerangnya membabi buta. Jevan berhasil menahan pukulan Erik membalikkan posisi, Jevan tidak ikut menyerang Erik dia hanya menyudutkan Erik di tembok.
"Apa maksudnya lo nyerang gue kaya gini" Tanya Jevan tajam, tangannya menahan bagian dada Erik.

Perfect Couple || Jeno - KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang