Happy reading!Pagi ini Jevan tak henti-hentinya mengusap dan mengecup perut Karina yang semakin menonjol, "Baik-baik di dalam sana ya, sayang."
"Okeey, papa.." Balas Karina menirukan suara anak kecil, menyisir jarinya pelan di rambut Jevan yang sedang tertidur di pahanya.
Jevan mendongak, "I love you, mama."
Karina menarik senyum tipis, tangannya bergerak mengusap pipi Jevan dengan lembut, "Hmm, thank you ."
Jevan mencebik, "Nggak begitu jawabnya, duh bebi mama kamu nih nggak bisa di ajak romantis." Mengadu kepada anaknya yang masih didalam kandungan Karina.
Karina menangkup pipi Jevan gemas, "Iyaa, Iyaa. Love you too suami bawel." Lanjut mengecup mole di bawah mata Jevan dan di ujung hidung Jevan.
"Disini belum." Jevan menunjuk bibirnya, seolah tau Karina mengecup tepat diatas tahi lalatnya, "Aku juga punya tahi lalat disini, kecil."
Karina mendekat untuk memastikan, "Kok aku baru tau?" Memegang mole kecil diatas bibir tipis Jevan, kemudian mengecup singkat bibir Jevan.
"Kamu nggak pernah perhatiin hal kecil yang ada di diri aku sih."
"Nggak sempet sayang, kita kan sibuk berantem." Balas Karina kembali menyandarkan badannya.
Jevan meringis tidak berniat membalas, berbekal dari pengalaman yang dia tau kalo wanita itu ahli sejarah, wanita kerap kali mengungkit sesuatu yang sudah terjadi. Salah salah kata pembahasan akan semakin panjang dan mereka kembali berdebat.
"Besok aku udah mulai kerja lagi, perusahaan nggak bisa aku tinggalin lebih lama." ucap Jevan dengan sedikit lesu.
"hmm, Mama juga cerita kalo papa kerepotan, kamu kerja aja nggak usah khawatir disini banyak yang jaga aku." Karina menenangkan suaminya yang semakin hari semakin overprotektif, apalagi dia sempat mengalami pendarahan sebanyak dua kali, Jevan semakin over kepadanya, "Dokter juga bilang kandungan aku semakin kuat."
"Aku masih khawatir kalo nggak ngawasin kamu langsung, aku pengen mastiin kamu baik-baik aja."
"Jev, disini ada mami papi yang jaga aku, mbak Roseanne juga sering berkunjung belum lagi maid yang kamu suruh nemenin aku setiap saat, banyak yang jaga aku sayang. kandungan aku juga makin sehat dan nafsu makan aku sudah membaik, jadi kamu nggak usah khawatir, nih bahkan saking sehatnya kita bisa mulai main lagi nanti malam." ucapan Karina membuat Jevan berdecak apalagi bagian terakhir dimana wanita itu sempat-sempatnya menggoda.
"Yang, ini aku serius khawatir kalo jauh sama kamu, jangan bercanda dulu."
"Aku juga serius kita udah bisa main lagi, kamu nggak usah mandi air dingin terus setiap malam." Karina malah semakin menggoda Jevan, puas melihat telinga Jevan yang memerah, "Atau mau main sekarang buat buktiin aku dan kandungan ku kuat?"
"Kok jadi kesana sih obrolannya." Jevan mendengkus.
"Iya biar kamu percaya aku udah baik-baik aja enggak seringkih dibayangan kamu." Karina mengusap pipi Jevan, "Kerja ya? papa butuh bantuan kamu, perusahaan juga butuh kamu dan inget aku butuh uang kamu yang banyak itu." Terus membujuk Jevan.
Jevan terkekeh mendengar istri matrenya, "Iya iya besok aku mulai kerja. inget kalo aku nggak di samping kamu, kamu jangan banyak gerak atau ngelakuin hal aneh yaa, janji? Pokoknya kamu wajib ngasih kabar setiap jam, kalo ada apa-apa langsung telpon aku, ngerti?" jika dulu Karina yang selalu meminta Jevan memberinya kabar sekarang pria itu yang terus menelponnya jika mereka berjauhan barang sedetik saja.
"Papa Jevan semakin ribet yaa, sekalian aja kamu pantengin aku lewat cctv seharian."
"Pasti, aku udah minta akses cctv rumah ini kok." Jawaban Jevan membuat Karina melotot, mencubit puting Jevan, "Berlebihan!"