EPILOG

16.1K 1K 285
                                    




Tangisan nyaring terdengar mengisi lorong putih yang sunyi. Keluarga yang menunggu di dalam ruangan menghembuskan nafas lega begitupula si ayah baru yang melihat anaknya terlahir dengan sempurna, matanya berkaca-kaca tak kuasa menahan haru lalu mengusap kepala sang istri yang masih terbaring lelah namun senyum cantik menghiasi wajah yang masih pucat.
"Sayang, makasih—" Jevan mencium pipi Karina, "Terima kasih udah berjuang dan memberikan aku segalanya." kali ini mengecup dahi Karina, rasa syukur dan bahagia begitu membuncah.

Karina mengangguk, "I love you," Jevan mengecup singkat bibir Karina, "I love you more, sayang."

"Jev.. itu suara bebi?" tanya Karina dengan parau mata sayunya menatap Jevan.

Jevan mengangguk, "Iya sayang, itu suara bebi anak kita."

"Hallo mama, papa" Dokter dengan membawa bayi kemerahan itu menyapa orang tuanya untuk pertama kalinya.

"Hiii." gumam Karina yang masih sedikit mabuk karena efek obat bius.

Jevan kembali mencium wajah Karina berulang. Bangga pada istrinya yang berjuang habis-habisan selama dua hari ini. Awalnya mereka berencana dan menginginkan kelahiran bebi dilakukan secara normal, Karinapun sangat optimis bisa melahirkan secara normal mengingat dia sudah mempersiapkan sematang mungkin, rela mengikuti kelas guna membantu proses persalinan dan membuat dia relaks selama melahirkan. Karina bersungguh-sungguh ingin melahirkan secara normal namun sayangnya semua tak terlaksana, banyak kendala yang dia alami sehingga mengharuskan mengambil tindakan operasi caesar.

Karina mengalami kontraksi dari Kamis dini hari tepatnya pada pukul dua pagi sudah merasakan mulas yang ternyata sudah temasuk pembukaan satu, Karina dengan tenang melewati proses pembukaan, menikmati gelombang-gelombang cinta yang datang tanpa mengeluh sedikitpun dan Jevan selalu ada menemani di sampingnya. Setelah lima belas jam berlalu kontraksi baru memasuki pembukaan dua, di situasi ini Jevan mulai tak tega dan tak kuasa melihat Karina harus menahan sakit lebih lama. Jevan terus bertanya apa Karina masih kuat untuk menjalani secara normal dan Karina menjawab dia masih kuat melewati proses secara normal.

Mulai masuk ke hari Jumat rasa sakit yang Karina rasakan semakin sering datang, Karina dibuat kesulitan tidur. Jevan dan keluarga yang menemani tak henti memberi semangat kepada Karina. Lalu Jumat pukul empat pagi, dokter memberi tahu kalau Karina mengalami pecah ketuban di dalam dan posisi bayi terlentang dengan tali pusar yang melilit.

"Mau melahirkan normal ataupun caesar kamu tetap jadi ibu yang sempurna sayang, paling penting itu keselamatan kamu dan bebi, aku juga udah nggak sanggup liat kamu terus kesakitan seperti ini sayang." Jevan membujuk Karina yang masih agak keras kepala ingin melahirkan normal, dokterpun membantu menjelaskan kalau situasinya sangat sulit untuk melahirkan secara normal dan harus segera mendapat tindakan sebelum bayi di dalaman mengalami keracunan.
Karina akhirnya setuju untuk melakukan operasi caesar.

Jevan kembali menyemangati Karina yang kembali kesakitan setelah dokter memberikan obat bius atau anestesi epidural agar area perut yang akan disayat menjadi mati rasa dan Karina bilang sakitnya begitu luar biasa, lebih menyakitkan dari kontraksi normal.

"Papa siap-siap dulu buat buat skin to skin sama anak gadisnya, sementara mamanya akan kita bersihkan lebih dulu." ucap dokter.

Jevan melepaskan pakaian yang ia kenakan, duduk di sofa dan kemudian suster menyimpan bayi mungil yang baru beberapa menit lahir itu di dada Jevan.

Jantung Jevan berdebar kencang ketika anaknya menempel sempurna di tubuh dia, Jevan bisa merasakan nafas lembut dan tubuh hangat anaknya.

"Hai, sayangnya papa." bisik Jevan mengusap pelipis anaknya dengan hati-hati.

Perfect Couple || Jeno - KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang