Vote dulu gak sieee? :p
Kayy, happy reading juseyoo
***
"Selle gue aja yang nyetir. Kepala gue penat banget butuh pengalihan."
Giselle tentu saja menolak keras, ia masih sayang kepada mobil dan juga nyawanya. Otaknya pun masih waras tidak akan membiarkan Karina yang sedang dikuasai amarah untuk mengendarai mobil.
Keadaan di dalam mobil begitu hening, Karina sibuk memandangi lampu jalan dengan pandangan menerawang. Memikirkan kenapa Jevan sampai setega itu untuk menyakitinya, apa yang kurang dalam dirinya hingga pria itu berani berkhianat.
Karina melirik ke arah cincin yang melingkar indah di jari manisnya. Cincin pernikahan dengan Jevan yang sangat indah, Karina mengusap cincin itu dengan senyuman tipis, di dalam cincin itu terdapat kandungan darah milik mereka berdua yang melebur menjadi satu.
Karina kembali memejamkan mata ketika rasa sakit dihatinya muncul, tak terasa air mata kembali menetes dari mata cantiknya.
"Jevan enggak mungkin selingkuh." Ucap Giselle pelan ketika mendengar isak dari sahabatnya itu.
"Enggak mungkin gimana Selle? dia nemuin wanita itu di belakang gue, apa namanya kalo bukan selingkuh?"
"Seperti ucapan lo tadi, kepercayaan itu kunci di sebuah hubungan tapi gimana gue bisa percaya sementara pasangan gue aja enggak bisa jujur." Lanjutnya dengan menggebu dan jangan lupakan air mata yang sudah membasahi pipi.
"Kalo gue enggak nyuruh orang buat ikutin Jevan gue enggak bakalan tau hal ini."
Giselle melirik Karina yang terlihat sangat kacau, "Iya gue tau tapi lo coba tenang dulu, dengerin langsung penjelas dari Jevan jangan nyimpulin sesuatu sendiri kaya gini." Giselle mencoba menenangkan Karina.
Karina menggeleng, "Apa yang harus gue dengerin dari dia? Jevan pasti ngasih alasan alasan sampah nya." Paraunya.
"Nyetir aja Selle, Jangan ngajak gue ngomong." Lanjutnya yang langsung membuat Giselle diam, mengurungkan niat untuk berucap lebih jauh.
Giselle mengangkat tangan nya sebentar, "Oke, gue diem."
Giselle kembali fokus menyetir, membiarkan Karina kembali larut dalam lamunan.
Karina kembali memejamkan matanya, kepalanya terasa pusing. Ia memijat kening nya sendiri, menyandarkan kepalanya.
"Jevan nelponin gue dari tadi."
"Jangan di angkat."
Giselle mengangguk, menolak panggilan Jevan.
"Selle pusing."
Giselle menoleh, "Makanya stop mikirin yang aneh-aneh, tidur dulu deh nanti gue bangunin kalo udah sampe." Cerocos Giselle, tangannya terulur memegang dahi Karina, sedikit panas.
"Janji dulu lo enggak bakal berkhianat?"
"Iya gue gak bakal ngasih tau Jevan." Jawab Giselle malas.
Karina sedikit ragu Giselle akan mendukung acara melarikan dirinya, Giselle itu tangan kanan Jevan! Giselle pasti akan memberi tahu Jevan tentang keberadaannya.
"Awas aja kalo gue bangun bukan di depan apart, gue bunuh lo." Ancam Karina sebelum mencari posisi tidur untuk meredakan pusing di kepalanya.
Karina berniat menghindari Jevan, terlalu menyakitkan melihat wajah Jevan untuk sekarang.
Giselle akan mengantar Karina ke apartemen milik sahabatnya itu, tempat yang selalu ia, Karina dan Winona pakai jika sedang kabur dari segala kepenatan duniawi.