Happy Reading!!"Sudah jangan terus menyalahkan diri, semua udah terjadi, ini musibah memang sudah harus seperti ini."
Oma terus menepuk punggung Jevan yang dari tadi tidak melepaskan genggamannya pada tangan Karina, memberi cucunya sedikit kekuatan, Jevan terus menyalahkan dirinya atas insiden yang terjadi pada Karina.
Jevan yang baru kembali ke rumah setelah keluar mencari angin panik ketika mendengar Oma berteriak dan semakin kalut ketika melihat Karina sudah meringis kesakitan dengan wajah pucat pasi.
"Ini semua salah ku, Oma. Andai tadi aku bisa menahan ego ku mungkin Oceana tidak akan seperti ini." Jevan terus berandai-andai, andai saja ia tidak mengikuti semua kemauan Karina mungkin tidak akan seperti ini, andai saja ia bisa menahan emosi tidak langsung memberitahu informasi tentang Gio mungkin kejadiannya tidak seperti ini.
Ia bisa membayangkan betapa terkejutnya Kasina saat tau sahabatnya sendirilah dalang di balik semua kejadian yang terjadi, bahkan Gio merubah identitas aslinya, Tanaka Bara itu nama asli Gio bahkan dia adalah salah satu anak dari seorang mafia.
Susah payah Jevan mencari tahu tentang sahabat lelaki Karina itu dan Alexa wanita tempo hari yang di selamatkan olehnya memberitahu hal yang cukup mengejutkan, Alexa memang di suruh mendekati dan menggoda Jevan, dititah menghancurkan rumah tanggal Jevan dan Oceana oleh Gio tapi Alexa tidak sampai hati merusak kebahagiaan orang yang menyelamatkan nyawanya.
Alexa akui dia terpesona kepada Jevan dengan segala apa yang pria itu miliki tapi niat buruknya ia urungkan mengingat begitu baiknya Jevan dan kecewa ketika tau banyak hal buruk yang sudah dilakukan Gio, Alexa ingin menghentikan Gio.
Gio yang terobsesi dengan Karina dari dulu sampai sekarang, menghalalkan segala cara.
Kembali ke Jevan yang marah kepada dirinya sendiri kenapa ia selalu salah langkah seperti ini.
Jevan bodoh, manusia bodoh, tidak berguna.
Padahal sebelumnya ia sudah diwanti-wanti agar tidak membuat Karina stres atau tertekan."Tidur sana, jangan terus berpikiran macam-macam." Oma seolah tau isi pikiran Jevan.
Jevan memandang lurus ke arah Karina, "Oma, apa langkah yang aku ambil sudah benar?" gumam Jevan.
Oma mengusap bahu Jevan, "Apa kamu udah pikirin semua resiko atas keputusan mu? Pikirkan semuanya baik-baik jangan sampai menyesal nantinya, keputusan yang kamu ambil nanti bukan untuk disesali melainkan hal yang harus kamu pertanggung jawabkan."
Jevan menunduk dengan pikiran terus berkecamuk, ia tidak ingin menyesal, ia tidak ingin Karina menyesali pula keputusannya.
"Sana tidur biar oma minta suster aja yang jaga."
Jevan menggeleng, "Aku aja yang tunggu disini, besok aku bakal urus minta Karina dirawat dirumah, Oma bisa pulang istirahat di rumah, maaf Jevan dan Oceana selalu merepotkan."
Oma tersenyum beralih mengusap kepala Karina, "Kalian memang merepotkan, Oma cari hotel dekat sini aja biar lebih mudah, hubungi Oma jika si centil ini bangun."
"Pulang aja Oma, besok juga Oceana bakal pulang dia nggak bakal suka lama-lama disini."
"Oma khawatir terjadi apa-apa, Oma tidur di hotel aja biar deket, besok pagi Oma kesini dulu lalu pulang buat nyambut orang tua mu dan Karina."
"Apa Oma udah kasih tau mereka tentang keadaan Oceana?"
"Sudah, tapi Oma melarang mereka untuk terbang malam ini, biar besok saja, tenangkan dirimu juga Jevan."
Jevan mengangguk lalu mengantar Oma sampai pintu kamar, ia kembali duduk di kursi samping ranjang Karina, menggenggam erat tangan halus tak bertenaga itu, mengecup berkali-kali tangan Karina.