Bulan berlalu begitu saja, tanpa terasa waktu perkuliahan gue disini akan segera berakhir. Yang berarti, kebersamaan gue sama Nania juga bakalan segera.. the end. Seolah – olah memang semua aspek kehidupan, memaksa gue untuk segera ngomong yang sebenarnya sama Nania. Tanpa pernah perduli gue udah siap atau belum, menyakiti perasaan perempuan itu.
"nanti atau sekarang, sama saja Dewa. Kalian gak akan pernah bisa sama – sama. Jangan kamu nanti – nanti, karena kamu pikir semakin lama kamu tinggal dia, mama dan papa akan luluh membiarkan. Selama kalian masih berbeda, restu itu gak akan pernah ada. Lupakan Dewa, segerakan kamu kasih tahu Nania.,
Mama gak menyalahkan Nania atas semua ini, justru, mama gak mau Nania kamu kasih tahu dalam waktu yang sudah mendesak" suara lembut dan tenang diseberang sana, lagi – lagi memberi gue ultimatum. Gue memejamkan mata gue rapat – rapat, rasanya tubuh gue merinding dan keringat dingin mengucur deras setiap kali masalah ini dibahas atau bahkan sesimple muncul lagi diingatan gue. Sensai resah, gelisah dan mual itu selalu datang menyerang gue, setiap kali gue mulai stress memikirkan ini. Pada tahu gak sih? Gimana rasanya jadi gue, waktu kalian bilang cepat bilang ke Nania?
Rasanya gue kayak disuruh narik pelatuk dan mengarahkan mulut pistol ke kepala gue sendiri!! ini suicide mission.
Ini bukan masalah gue mau nahan – nahan Nania sampai akhir nanti, demi kepuasan gue. Bukan masalah gue maunya tetap ada pacar selama gue di Australia ini. Bukan!!
Ini masalah hati gue. Hati gue sakit tiap inget, gue gak akan pernah bisa sama – sama dia lagi, setelah gue keluar dari kota ini. Atau bahkan, gue harus siap ditampar dan melihat dia menjauhi gue, begitu gue bilang gue sudah di jodohkan. Gue yang pada akhirnya, harus ngelepas tangan perempuan cantik ini. Perempuan cantik yang hatinya juga luar biasa cantik.
Perempuan yang udah bikin gue berubah, dari cuma mau senang – senang aja, jadi cinta banget sama dia. Iya, gue cinta sama dia, dan rasanya disuruh melepas cinta yang belum berakhir itu? Entahlah, gue sendiri gak tahu kalimat apa yang pas gue pakai untuk menjabarkan perasaan gue.
Sakit? Perih? Sesak? Sedih? Marah? Kalut? Frustasi? Mungkin semuanya muncul bersamaan dan bersatu menjadi satu begitu di dalam dada gue. Sakitnya sampai gue gak sanggup nanggung bebannya. Gue gak mungkin nangis depan Nania, jadi gue hanya bisa nangis sendirian setiap kali gue habis nemuin dia.
Bahkan gue gak tahan, waktu dia cemburu berat sama tetangga gue, yang emang suka rese tiap Nania main ke apartemen. Bolak – balik ngetuk pintu unit gue, dengan seribu satu alasan pingin grecokin. Mulai dari pinjam bukaan kaleng, sampai tangga buat ngambil mangkok di kitchen set katanya.
Sampai Nania sempet curiga kalau sepulangnya dia dari apartemen gue, gue pasti ngapa – ngapain sama dia. Sampai pada tuduhan tertinggi dia, kalau gue tidur sama dia.
Yang tentu aja bikin mbelalak kaget. Gimana ceritanya dia bisa nuduh gue kayak begitu? Sampai dia meracau, karena Nania gak kasih apa yang gue mau, padahal udah setahun pacaran. Dia dari mana coba kalau gue butuh 'itu' dari dia? Tahu apa dia apa yang gue butuh dari dia? Gue butuh dia, hanya dirinya dia, yang semakin gue sadari, gak bisa gue miliki!
Sumpah! Gue bahkan gak permasalahkan gue yang cuma bisa gandeng dia, gak bisa peluk – peluk sesuka hati, gak bisa cium – cium selain di kepala doang. Gue gak masalahin!! As long as I'm with her. Secinta itu gue sama dia. Bahkan malam itu gue sampai marah dan sumpah – sumpah, kalau gue gak pernah berkhianat sedetik pun dari dia.
Entah sumpah gue diterima Tuhan atau tidak. Karena pada kenyataannya, gue calon suami dari seseorang. Seseorang yang gak gue inginkan.
Dan disaat secinta itu gue sama dia, sekarang semua orang ribut, nyuruh gue cepetan bilang sama dia. Bahkan, kedua sahabat gue ini, juga gak banyak membantu gue nyari jalan keluarnya. Malah semakin bikin gue rasanya gelap mata dan buntu otak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
RomanceWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...