ANDRA (26)

2.3K 181 12
                                    

Perempuan itu gudangnya prasangka, lebih suka mengolah masalah didalam pikirannya sendiri, mencari – cari pembenaran atas teori – teorinya, dan mencapai pada kesimpulannya sendiri.

Gimana gue sampai begitu bodoh, dengan baru menyadari itu dari pembicaraan tadi? Padahal, dari awal gue sendiri sudah tahu bagaimana seorang Nania Deyana?

Gue yang rajin menerobos masuk apartemennya, kurang rajin apa gue melihat matanya basah karena dia duduk termenung sendirian didalam kamarnya. Buru – buru menyeka air matanya dan menampilkan cengiran lebar kearah gue begitu dia tahu gue udah berdiri diambang pintu apartemennya. Entah menangis karena apa? dia gak pernah jawab setiap gue tanya.

Selalu hanya jawab 'enggak apa – apa kok. Mau makan apa?' dan selalu mengalihkan pembicaraan dan malah ngeloyor kedapur.

Kurang jelas apa lagi nasihat Almarhum yang selalu mengingatkan gue, kalau Nana suka memendam sendiri kesedihan dan masalahnya. Nanti dia akan keluar dari sarangnya setelah dia puas mengolah sendiri masalahnya dalam pikirannya. Yang kesimpulannya bagaimana? Hanya Nana yang tahu.

Dan sekarang? Gue malah meninggalkan dia yang sedang menggodok habis – habisan semua masalah kami di kepalanya. Seharusnya gue tetap ada disampingnya, memeluk dan menciumnya, berusaha mencuci isi pikirannya supaya gak kemana – mana.

Padahal gue sudah tahu sifat istri gue ini.

Dan sekarang? Gue memberi jalan untuk dia pergi meninggalkan gue. Apa lagi niat dari seorang istri yang minggat? Ngambek?

NO! Minggat karena ngambek bukan gaya Nana. Nana hanya ngambek untuk hal – hal remeh. Tapi menghilangnya Nana means goodbye. Dan begonya gue? Apa gue kurang cukup pengalaman Nana berusaha saying goodbye sama gue? She's not good at saying goodbye, Nana hates goodbye.

She tends to runaway to say goodbye. Dia selalu begitu, menghilang untuk berpisah, karena terlalu takut bilang selamat tinggal. Setidaknya itu yang selalu dia lakukan ke gue dari dulu, menghilang untuk mengucap selamat tinggal.

I am a captain of a sinking ship. Kapal gue udah karam sekarang. Bodoh!

*****

'kenapa harus di pikirin siapa yang duluan mengajak bicara? Siapa yang menyelesaikan masalah? Suami istri itu bukan soal menang dan kalah'

Gue bahkan sudah bergerak kesana-sini kayak orang kesetanan. Gue berlarian sampai menabrak kaki kursi, meja dan apa saja yang gue rasa menghalangi langkah gue.

Gue ternyata kekanakan-kanakan banget sebagai imam rumah tangga. Masih mikirin siapa yang salah dia yang bereskan. Bukannya mikir, ini juga untuk rumah tangga gue, kenapa harus pusing siapa yang beresin masalah? Sudah tahu Nana bungkam, kenapa gak gue yang bujuk dia untuk bicara?

Gue merapihkan barang – barang gue kayak orang kalap. Gue menyumpal asal pakaian gue kedalam ransel travelling gue yang untungnya jadi satu dengan tas laptop. Jadi gue gak heboh beberes tas ini dan itu.

Hp gue dari tadi sedang dalam sambungan panggilan dengan mas Hafiz, yang langsung menghubungi gue gak lama dari bunda. Begitu lihat namanya di layar, gue sudah bisa nebak, apa yang bakalan terjadi sama gue.

Mas Hafiz berteriak murka lewat speaker phone, yang sudah gak sanggup gue hiraukan lagi. Dia memaki dan mengumpat sampai kebun binatang dia tumpahkan semua ke gue. Gue terima semua caci maki dia ke gue. Gue sudah gak punya tenaga untuk membela diri, karena gak ada yang perlu dibela dari gue.

"gue udah ngira! Lo pasti kabur dari istri lo! Bikin ulah apa lagi lo kali ini? perempuan mana lagi lo bawa – bawa sampai Nana kabur?!! Bunda pulang nangis – nangis gak karuan, Nana udah gak dirumah dua hari!! Laki – laki macam apa lo? Bisanya cuma bikin masalah aja! Ngurus rumah tangga belum becus, sok – sokan minta kawin! Bikin susah semua orang! Brengsek, bikin malu. Kalau sudah gini, gue harus gimana setan?!! Mau berapa kali lo bikin kacau di kantor? Lo pikir kerjaan ini main – main? Kantor bukan tempat main cewe! Bukan tempat lo ngabur – ngabur ribut sama istri!! Kalau masih kayak bocah, jangan sok jadi suami!!" teriaknya menggema diseluruh penjuru kamar hotel ini.

Mencintai NaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang