Ever heard about blessings in disguise?
Hati Nana yang begitu lembut dan pure, gak sanggup menolak keinginan papa Riyan untuk melihat kami menikah. Jadi, waktu papa Riyan mempertanyakan tentang niatan gue didepan Nana, gue langsung menegaskan, "Saya Insha Allah sudah yakin pa, ingin menikah dengan Nana. Gak ada ragu – ragu lagi. Saya memang ingin menikahi Nana. Ingin menjaga Nana. kalau papa mengizinkan"
Gak lama setelah itu papa Riyan dibawa masuk kedalam ruang operasi, untuk proses pemasangn ring jantungnya. Setelah melalui proses obervasi, ternyata ada dua saluran yang tersumbat. Dan melihat kondisi jantung papa Riyan, ini adalah serangan kedua.
Kami semua terkejut, karena merasa tidak pernah mengalami ini sebelumnya. Sampai akhirnya dokter menjelaskan, bahwa serangan jantung tidak selalu ditandai dengan severe chest pain, bisa jadi juga penderita hanya merasa lemas, berdebar, dan banjir keringat dingin.
Gue tiba – tiba teringat kejadian beberapa waktu lalu, ketika papa Riyan mengeluh lemas dan berkeringat dingin. Gejala yang waktu itu gue pikir hanya masuk angin biasa, makanya gue hanya membawakan teh manis panas saja. Walau gue sempat khawatir dengan keringat dingin di telapak tangannya.
Gue duga, itulah yang dokter maksud dengan mild heart attack tadi.
Kembali ke blessings in disguise itu tadi, walau Nana sempat mendebat gue habis – habisan selama papa didalam ruang operasi. Mempertanyakan semuanya lagi, mempertanyakan niatan gue menikahi dia untuk apa, dan gue masih mengeluarkan jawaban yang sama.
"Karena aku mau jadi laki – laki yang bisa jagain kamu, Na. Bisa mastiin kamu aman dan nyaman. Mastiin gak ada yang jahatin dan lukain kamu. Aku pingin jadi laki – laki itu. Pingin bisa nemenin kamu, jagain papa sama – sama. Aku pingin bisa jadi pegangan hidup kamu. Aku pingin bisa jadi semua itu untuk kamu. Itu semua gak mungkin dilakukan sama laki – laki yang bukan siapa – siapa kamu kan?"
Jawaban yang jelas gak akan pernah diterima dengan lapang dada sama Nana. Entah dia berharap apa? gue menyewa pulau, dengan yacht dan melamar dia dengan candle light dinner, roses dan pemain biola seperti di film – film? Gue lebih memilih melamar Nana dengan cara khitbah seperti dalam Islam.
Gue butuh kepastian lamaran gue di ridhoi dari pada sekedar dikagumi. This is not a show. Ini adalah step awal sebelum gue menikahi seorang perempuan. Tanpa tahapan ini, lamaran gue yang udah buang – buang uang ratusan juta kayak gitu, tetap gak akan dianggap apa – apa dimata agama.
Gue bukannya mengabaikan keinginan Nana yang seperti itu. Tapi, ini gak hanya soal gue dan Nana, seluruh keluarga juga pastinya ingin terlibat dalam acara lamaran ini. Dan lagi sebaik – baiknya melamar, gue tetap pada keyakinan gue, seorang pria harus melamar terlebih dahulu kepada ayah dari si perempuan. Bukannya pulang – pulang sudah melamar anak dari si ayah.
Tugas Nana hanya mengizinkan gue menemui papanya dan melamar. Walau Nana berkata iya, tapi papanya nggak? Ya lamaran gue mental lagi.
So, blessings in disguise? Sepintas terlihat menyedihkan, karena gue harus memanfaatkan keadaan papa Riyan yang lemah dan tentu saja akan merobohkan pertahanan Nana. Gue memanfaatkan kelembutan perasaan Nana yang mudah tersentuh. Dan akhirnya memang seperti yang gue harapkan.
Nana harus pasrah gue lamar dengan cara seperti ini. No flowers, no ring, no soft and romantic music. Hanya seorang pria paruh baya yang sakit, yang menatap penuh harap, dan pria lainnya yang juga menatap penuh harap akan jawaban 'iya'. Semua seperti memojokan Nana ke satu titik.
Tapi, gue tahu, this is not the end.. this is the begining. Karena, kedepannya Nana pasti gak akan, semudah itu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
RomanceWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...