Gue rasanya makin gak karuan begitu terima chat dari Ika. Rasanya seperti mendapat pesan ancaman dari seorang teroris atau penguntit. Padahal itu pesan dari tunangan gue sendiri. Gue memang sekarang berusaha untuk sedikit mengkombinasikan eksistensi gue diantara dua wanita ini. Sehari gue online, sehari nggak. Begitu terus, kadang gue sampai tiga hari gak online.
Kalau gue sampai berhari – hari gak online, biasanya karena otak gue lagi gak sanggup lagi diajak berpikir harus mengambil tindakan apa atas carut marut yang gue buat sendiri ini.
Tapi, kayaknya menghilangnya gue, itu justru mengundang kecurigaan yang membakar emosi buat Ika. Gue rasa, salah satu pemicu dia akhirnya mutusin untuk cari short course di Perth, gak lain dan gak bukan adalah untuk menjawab kecurigaan dia, kalau gue disini memang berbuat macam – macam.
Yang memang gue berbuat macam – macam.
Hubungan gue sama Nia juga jadi agak berantakan. Komunikasi kami terganggu, hanya demi gue menghindari satu orang. Permainan petak umpet yang berujung, gue harus menghindari yang lainnya juga.
Misi gue untuk mencoba hidup tanpa Nia, udah jelas gagal total. Begitu gue bilang gue sore ke apartemen dia, otak gue mendadak gila. Gue kangen banget sama Nia. Semua yang ada di dia bikin gue gila. Gak hanya cantiknya, tapi juga semua sifatnya mulai dari yang menyenangkan sampai yang menyebalkan. Gue bukannya langsung ke apartemen Nia, tapi gue malah pulang dulu ke apartemen gue sendiri. Bukan gue gak jadi pergi, tapi, gue ambil baju.
Iya, gue akan mencoba peruntungan gue dengan meminta menginap di tempat Nia. Gue janji, gue gak akan nyentuh dia, gue akan berjuang sekuat tenaga gue untuk menjauhkan tangan gue dari tubuh perempuan yang masih lugu itu. Gue cuma kangen sejadi – jadinya kangen. Gue juga gak sampai hati menodai perempuan sebaik Nia. Gue hanya akan menyentuh Nia, kalau Nia nanti adalah istri gue.
Gue akhirnya mengemas pakaian kerja untuk besok pagi, t-shirt dan celana tidur. Terserah, hanya boleh tidur di sofa atau dilantai gak pakai alas apa – apa juga gue rela. Asal gue bisa bermalam ditempat Nia, dan besok pagi bangun lihat wajah Nia. Gue pingin merasakan indahnya melihat wajah Nia ketika gue bangun dipagi hari.
Anggap saja, gue mencharge diri gue untuk mendapatkan cadangan energi gue, untuk beberapa waktu kedepan dimana gue harus menghilang lagi. Iya, setelah ini gue akan kembali ke permainan hide and seek dengan dua wanita ini.
Gue sempat curhat (lagi) dengan orang yang sama. Yang gue rasa, lama – lama dia sendiri eneg denger curhatan gue yang gitu – gitu lagi. Dia bilang, mending 'lo tinggalin aja lah dua – duanya, heal yourself first, baru lo mulai lagi yang baru'.
Karena, menurut dia, percuma gue ghosting kayak begini. Ujungnya bakalan sama, Nia yang lama – lama merasa lelah dan dipermainkan, lalu dia bakalan mutusin gue. Ika yang juga bisa lama – lama kesal dan mutusin gue.
Tapi gak apa – apa, mungkin gue lebih baik diputusin, dari pada mutusin. Kalau Nia mutusin gue, setidaknya itu maunya dia, walau bukan maunya gue, dan pastinya rasa sakitnya masih lebih mending dari pada gue yang harus ninggalin dia. Bahkan gue gak sanggup membayangkan diri gue bilang 'Nia maaf aku mau kita putus' gue bisa – bisa memotong lidah gue sendiri kalau sampai harus mengucapkan itu.
Kalau Ika mutusin gue? Setidaknya beban gue untuk ngomong duluan berkurang satu. Karena kalau gue yang minta putus, dia pasti hanya akan mengamuk dan meraung tanpa hasil sesuai yang gue harapkan.
Brengsek emang. Tapi gue udah kebelit gak karuan begini. Gue aja kalau disuruh menceritakan detail tentang masalah gue sebenarnya apa dan dimana, bingung sendiri.
Ini semua benang kusut, mengurainya kayaknya butuh puluhan tahun.
****
Gue akhirnya mampir di IGA dekat apartemen Nia. Gue membeli beberapa bahan yang bisa gue masak. Gini – gini gue lumayan jago masak, untuk ukuran laki – laki. Dan malam ini, gue pingin melakukan semua yang spesial untuk Nia. Gue pingin membuat kenangan yang spesial bersama Nia malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
RomanceWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...