Baru akad aja tangan gue rasanya pegal banget menyalami tamu – tamu yang terus mengalir ini. Tapi Alhamdulillah, berarti banyak banget yang mau doain gue sama Nana supaya rumah tangga ini berjalan dengan baik.
Gue mengaminkan semua doa yang disampaikan, termasuk agar cepat dapat momongan. Gue jelas mau banget gue dan Nana segera punya anak, mirip gue apa mirip Nana? Gak masalah. Mirip mami nya malah jadi lucu – lucu banget kan anak gue?
Senyum gue harus pudar sesaat gara – gara pesan yang disampaikan sama Arie.
"Dewa ada di lounge" bisik Arie waktu gue lagi bersalaman dengan beberapa tamu yang hadir pada acara akad nikah. Gue yang masih harus memasang senyuman, berusaha untuk mempertahankan bentuk bibir gue supaya tetap melengkung keatas sambil melirik sekilas pada Arie. Padahal mood gue rasanya udah drop banget.
"siapa ngundang dia?" tanya gue sekilas sambil menyambut jabatan tangan selanjutnya. Sementara Nana masih di kelilingi tamu – tamu lain berdiri kurang lebih satu meteran dari gue. Para tamu ibu – ibu sibuk memuji Nana yang memang cantik luar biasa hari ini. Mungkin karena udah jadi istri gue, jadi makin cantik.
Arie berbicara berbisik ke telinga gue. "yang pasti bukan gue yang ngasih tahu, dia sama Surya. Lo tahu kan Surya ember. Kemarin dia pengumuman kan di group alumni?" ucap Arie sambil melangkah sedikit mundur dibelakang gue. Memang gak ada pelaminan khusus buat acara akad nikah ini. Karena memang seharusnya gue dan Nana akad hanya dihadiri keluarga. Tapi kebetulan banyak yang izin datang di akad karena berhalangan resepsi, jadilah kami menyambut mereka di dekat meja akad tadi.
Dammit. Gue kemarin memang sepintas baca Surya bilang semoga sukses buat acara hari ini. Dewa walau gak pernah nyahut di group alumni, gue yakin dia pasti baca, karena dia masih ada di dalam group itu. Iya, gue memang ngecek namanya disitu. Dia gak pernah blokir nomor gue, gue juga gak merasa perlu. Hubungan kami terlepas begitus aja, dengan kecurigaan sepihak Dewa.
Gue juga gak mau kayak bocah,yang main block – blockan. Dewa bebas datangin gue kapan aja dan minta penjelasan apa aja, kenapa gue semakin mendekati Nana. Dari awal mereka pacaran, Dewa memang sudah menganggap gue ancaman tanpa alasan. Padahal gue selalu diam dan hanya mengingatkan sewajarnya.
Dan gue yakin, kecurigaan sepihak Dewa, sekarang jadi nyata. Walau gue dulu juga gak bohong sama Dewa, atau gak bisa dikatakan bohong. Nyatanya? Butuh sekian tahun kemudian kan kecurigaan Dewa terkonfirmasi?
"gimana caranya supaya Nania gak lihat?" tanya Arie masih berbisik disebelah gue, arus tamu masih berdatangan. Beberapa hadir karena berhalangan pada resepsi yang akan diselenggarakan nanti malam. "perlu gue usir?" tanya Arie.
Gue menggeleng "ini masalah gue sama dia, jangan jadi pertemanan lo sama dia juga rusak. Udah tenang dulu, dia gak akan bisa ngapa – ngapain. Dia telat kalau mau ngacauin semuanya. Gue sama Nana sudah sah. Dia gak akan bisa apa - apa" jawab gue. Walau gue sedikit was – was, gimana kalau Dewa nekat?
Ya, gue gak mau berbuat ricuh di hari spesial gue. Gue hanya berharap dia cukup waras untuk gak menampakan diri didepan Nana. Buat apa? dia juga sudah menikah kan? buat apa masih muncul? Terlambat juga, gue dan Nana sudah resmi menikah.
Gue akhirnya merapatkan posisi berdiri gue dan Nana, gue meraih pinggangnya dan berbisik ditelinganya "habis ini kita kekamar sebentar ya?" dan gue merasa tubuh Nana menegang. Gue hanya tersenyum dan mengusap lembut punggungnya.
Sampai akhirnya fotografer minta waktu karena belum sempat mengambil foto gue dan Nana dalam busana akad. Dia mau mengambil foto gue dan Nana dalam berbagai pose.
Salah satunya adalah foto gue memegang kedua lengan Nana dari belakang, Nana menoleh sedikit banget kearah kanan, dan gue mencium pipinya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
RomanceWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...