Ada yang bilang, pernikahan itu tidak selalu tentang sex. Karena kalau seperti itu konsepnya, maka tidak akan ada laki – laki atau perempuan di dunia yang bersedia menikahi orang sakit atau orang lumpuh. Yang kecil kemungkinan bisa melayani kebutuhan sexual pasangannya.
Tapi, di sisi lain, pernikahan adalah jalan satu – satunya, untuk manusia bisa menikmati hubungan sex dengan halal, bahkan menjadikan itu ladang ibadah.
Lalu gue harus berada di sisi yang mana?
Ayah dan bunda selalu gencar menanamkan pada gue dan mas Hafiz, alasannya simple 'karena kalian laki – laki, rentan menggoda atau digoda'. Agak gak fair sebenarnya alasan ini. Tidak laki – laki tidak perempuan, dua – duanya memiliki potensi yang sama dalam masalah sex bukan?
Tapi, apapun alasan bunda dan ayah, itulah pegangan gue dan mas Hafiz selama ini, untuk tidak mencoba bahkan mendekati sex luar nikah. Not even kissing a woman. Kejadian di infinity attraction, itu adalah kecelakaan yang nyaris terjadi.
Ayah dan bunda memang paling pandai menggambarkan kisah tragis yang akan menimpa kami dan anak – anak hasil hubungan luar nikah didepan kami. Mulai dari anak yang akan dicap anak haram oleh masyarakt, sampai hukum karma yang bisa – bisa saja sekalinya kami menginginkan anak kami sudah tidak bisa. Ngeri kan yang kedua?
Kalau begitu, dimanakah letak pernikahan gue sekarang? Gue sehat, Nana sehat. Kami lebih dari mampu untuk melakukan hubungan suci itu. Kami halal untuk sama lain. Tapi sampai sekarang semua itu gak terjadi.
Gue juga gak mungkin menceritakan hal ini ke orang lain kan? mau ditaro dimana muka gue? Dan kapankah Nana bisa menyudahi kegiatan mengolah pikirannya itu? Kapankah dia bisa membuat kesimpulan, kalau kami baik – baik saja?
Dan apa gue masih harus mengikuti saran papa Riyan, untuk memberikan Nana waktunya untuk berdiam diri dan berpikir?
*****
Gue mencoba mengenyahkan pikiran tentang sex antara gue dan Nana, dengan berbagai macam cara. Salah satunya, mencoba untuk menanamkan, mungkin saat ini memang hubungan kami belum pada masanya untuk sex.
Walau terdengar konyol, tapi gue berusaha menikmati itu.
Nana juga mulai mencair dan lebih bisa menerima kehadiran gue. Walau masih sebatas menerima keinginan gue untuk sedikit bermanja sama dia. Kalau dulu selalu Nana yang manja sama gue, sekarang gue sadar Nana menahan diri untuk gak manja sama gue.
Jadilah gue yang manja sama dia.
"eh ngapain?" tanyanya bingung waktu gue merebahkan kepala gue dipangkuannya, sementara dia sedang duduk bersila dikarpet sambil menonton TV. "enak, Ngil kayak gini" gue memejamkan mata sambil tiduran terlentang di pangkuannya.
Nana mengusap lembut kepala gue, seketika rasa relaks menjalar di tubuh dan pikiran gue. Gue menghela nafas panjang lega.
Waktu gue membuka mata, pandangan kami bertemu. Ternyata sedari tadi Nana mengusap – usap kepala gue sambil memandangi wajah gue. Tangan gue terulur dan mengusap pipinya "mata kamu.. bisa begini warnyanya?"
Nana tertawa dan dia kelihatan cantik sekali "ya mana aku tahu kenapa bisa begini. Nih rambut kamu juga bisa ikal begini gimana?" tanyanya sambil memainkan helai – helai rambut gue. Gue pun jadi ikutan tertawa sambil tangan gue masih mengusap lembut pipinya "mungkin karena aku ganteng" jawab gue asal sambil mengubah posisi gue, jadi wajah gue menghadap perutnya dan gue membenamkan muka gue disana. Rasanya semakin nyaman.
"kamu kayak bayi" ocehnya walau tangannya tetap mengusap kepala gue, gue hanya terkekeh sambil gue masih terus membenamkan wajah gue diperutnya. "enak Na... gini terus ya? sampai aku bobo" jawab gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
RomanceWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...