ABRAM (3)

654 99 13
                                    

Gak pernah ada kata jadian ala anak ABG diantara gue sama Nania. Semua berjalan begitu aja. Dalam waktu 3 minggu, hubungan kami semakin dekat dan akrab, pakai banget. Dan gue benar – benar tenang dan nyaman ada didekat dia, yang bisa dibilang gak memberikan apa yang seorang Abram inginkan. Aura Nania itu begitu menenangkan.

Berbeda dengan wanita – wanita yang pernah singgah di hidup gue sebelumnya, wanita ini sama sekali gak pernah menggoda, gak berusaha sedikitpun, bahkan terkesan merasa gak perlu menggoda gue. Dan entah kenapa, gue pun merasa gue emang gak boleh menggoda dia. Bukan dalam artian Nania itu sex appealnya rendah, for God's sake, she's pretty. She's not just pretty, tubuh mungilnya itu sangat proporsional. Meliuk diarea yang sangat pas.

Jelas gue membayangkan gimana rasanya memeluk dan menciumi tubuh mungil yang indah itu. Tapi, dia bisa membuat gue menahan diri, tanpa dia perlu berteriak ketakutan sama gue. Dia bisa bikin tangan gue terikat dibelakang, hanya dengan sikap dan bahasa tubuhnya sendiri.

Ada aura aneh dari dirinya, yang bikin gue mendadak jadi anjing yang jinak sama majikannya. When she tells me to sit.. then I am directly sitting nicely and giving her my puppy eyes. I am such a good puppy to her. I didn't bark, I didn't bite. I'm a good puppy.

Gue mengurungkan niat gue untuk beli mobil walau sejujurnya si bus nomor 34 ini menyiksa banget jadwalnya. Gue lebih menikmati naik bus bareng sama Nania, walau kadang dapatnya bus tua yang gak ada AC dan kalau panas ya kepanasan dingin ya kedinginan. Gue juga selalu nyamain jadwal pulang pergi gue dengan jadwal berangkat dia, walau dia gak pernah nyamain sama jadwal berangkat gue. Biasalah, perempuan, maunya ditungguin kan? but it's okay. Wajar.

Gak ada dalam dalam kamus seorang Abram, jalan – jalan gak jelas dan berkesan romantis gak ada juntrungan. Tapi nyatanya, kadang pulang kampus gue dan Nania memilih grocery shopping sama – sama. Benar – benar udah kayak pasangan ideal banget lah, milih ini dan itu, ngambil ini dan itu, jalan bersisian sudah seperti pasangan suami istri yang selalu digambarkan kedua orang tua gue di berbagai laman media. Kadang kami berdebat masalah pakai merek apa, belinya berapa, dan untuk apa. Padahal kami belanja untuk masing – masing.

Disetiap agenda belanjag, gue selalu ambil beberapa snack kesukaan dia, untuk gue simpan ditempat gue. Supaya kalau dia tengah malam tiba - tiba laporan lagi bete karena tugas gak selesai – selesai, gue bisa samperin sambil bawain snack kesukaan dia.

Menghibur dia adalah tugas utama gue saat ini.

Aktifitas weekend kami ngapain? This is the funny part. Percaya gak? Kalau seorang Abram, udah cukup happy hanya dengan nge laundry barengan dibawah? Gue aja gak percaya lihat diri gue kayak gini.

Setiap Sabtu pagi, gue bakalan nungguin dia didepan pintu sambil gue sudah ready dengan keranjang laundry gue. Dan dia juga udah tahu, laundry room selalu buka jam 7 pagi, jadi jam segitu kita bakalan turun. Dia bawa keranjang pakaiannya, dan gue bawa keranjang pakaian gue. Jalan bersisian sambil ngobrol dan ketawa – ketawa berdua. Sinetron abis, but I like it. I enjoy it very much.

"Bram.. kebanyakan kamu detergennya itu.." Nania ketawa lihat gue masukin dua cup detergen kedalam cucian gue. "kan makin banyak sabunnya makin bersih dong, sayang.." ucap gue enteng, sambil masukin pelembut pakaian (kata Nania nyuci harus pakai pelembut) kedalam mesinnya juga.

Suasana tiba – tiba hening, dia terbelalak ngelihatin gue, dan gue juga jadi berhenti ngerjain apa yang lagi gue kerjain. "aku... gak apa – apa kan manggil gitu?" tanya gue ragu – ragu. Tiba – tiba gue takut ada penolakan dari dia.

Gue udah nyaman banget sama hari – hari gue sama Nania, dan gue gak mau, gara – gara mulut usil gue, jadinya Nania pergi. Mulai timbul rasa gak suka kalau gue harus ngelewatin hari yang gak bisa melihat dia di hari gue. Dia sempat menggigit bibir bawahnya bingung.

Mencintai NaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang