ANDRA (8)

1.5K 155 13
                                    

Sudah gue duga, Abram akan begitu pada akhirnya. Nothing but tears, although she said she was okay, tapi gue sayangnya terlalu kenal Nana. Pasti dia menghabiskan malam demi malam dengan menangis. Gue gak bisa membayangkan Nana nangis sendirian, menghadapi perih yang diberikan pria itu untuknya.

Walau sekarang perempuan yang baru gue jemput dari bandara ini duduk disamping gue sambil tersenyum lebar, seolah dia adalah wanita yang bahagia. Seolah dia gak pernah mengalami luka apa – apa.

Hubungan mereka gak bertahan lebih dari tiga bulan selama di Perth, hubungan tersingkat yang pernah Nana punya. Sampai akhirnya Nana meninggalkan Perth beserta Abram didalamnya.

Dia pulang sendirian, karena papa (sekarang gue terbiasa memanggil om Riyan papa ) harus kembali duluan setelah Nana wisuda. Nana sendiri menikmati sisa masa berlaku visanya, dengan ngurus berbagai macam hal dan menghabiskan sisa waktunya untuk kerja di cafe kesayangannya.

Dia gak mau pulang sebelum ditendang sama imigrasi katanya. Dia masih ingin menikmati suasana kerja dicafenya. Yang membuat gue was – was, jangan – jangan dia ada kecengan lagi disana.

Gue udah janjiin nasi padang buat dia, tapi bunda kangen banget sama dia. Gue juga gak paham, kenapa bunda girang banget tahu Nana pulang. Langsung minta diaturin jadwal supaya Nana bisa main kerumah. Nana bukannya gak mau, tapi dia mau mengutamakan papanya dulu begitu dia pulang. Gue paham sih. Dan setelah nego – nego, akhirnya Nana bersedia datang di wedding anniversary bunda, satu hari sebelum Arie nikah.

Akhirnya kami bungkus nasi padang, dan sesuai syarat, Nana harus mandi ganti baju dan pakai kaos oblong dulu karena dia mau menikmati nadi padang dibungkus dengan kenikmatan lokal yang totalitas. Itu syaratnya dia, bukan gue. 'pokoknya gue mau duduk seenaknya sambil mangku nasi bungkus' titahnya bawel sepanjang jalan.

Gue sih cuma ketawa aja, terserah Nana aja. Gue sih yang penting makan, biasa gue juga makan nasi bungkus sambil ikutan lesehan bareng pekerja bangunan lainnya di proyek. Gak perlu pakai tema kayak si teteh bule ini.

Malam itu, gue Nana dan papa ( kadang masih suka grogi nyebutnya) duduk bertiga diruang TV makan nasi padang. Gue sama Nana lesehan di karpet sambil piring diatas meja TV, sementara papa duduk manis di sofa dibelakang kami, sambil nonton HBO sama – sama.

Nana yang kumat kebiasaannya dengan gak menghabiskan makanannya. Akhirnya gue yang ngehabisin. Tapi gue rasanya senang, jadi karungnya Nana lagi.

Sebenarnya ada yang gue pikirin dari sejak gue jemput Nana. Kapan gue bisa lamar Nana?

****

"pakai baju apa ke wedding anniversary ayah sama bunda?" Nana juga entah kenapa kayak otomatis kebawa sama gue, yang selalu membahasakan orang tua gue didepan Nana dengan ayah dan bunda. Bahkan yang bikin gue senang, Nana kayaknya luwes banget bahasain ayah sama bunda. Ini jumat malam dan gue terpaksa antar Nana ke mall untuk cari baju yang sesuai dress code nikahan Arie.

"we're running out of time.. mau kapan lagi?" ujar si mbak yang sampai detik ini masih belum mau mulai ngantor ditempat bapaknya. Gimana bisa orang yang sehari – hari dirumah doang bisa kehabisan waktu untuk pergi ke mall cari baju? "kan lo yang janji anter gue?" sanggahnya, dan gue cuma bisa bilang iya.

Jujur, sebenarnya? Gue ngantuuuk banget. Gue udah tiga hari pulang diatas jam 11 malam, demi ngerjain project gue sendiri. Jadi gue pulang kantor, langsung lanjut ke Karyamuda untuk ngerjain project yang lain. Kejar setoran ceritanya gue.

Rencana gue hari ini adalah pulang dan tidur, tapi, Nana protes karena menurut dia, gara – gara gue nambahin jadwal dia yang tadinya Sabtu bisa dia pakai hunting baju, berubah jadi harus ke anniversary ayah bunda. Yasudah, dari pada bertengkar, gue akhirnya menawarkan diri untuk nganterin dia hunting baju malam ini.

Mencintai NaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang