Gue gak nyangka kalau gue akan berada difase kehidupan yang begini. Belum satu tahun gue menikah, dan gue sudah menjadi suami yang apa – apa hanya istri gue yang tahu.
Nana memang selalu menyiapkan segala kebutuhan gue dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bisa di bilang kerjaan gue tiap hari cuma bangun, mandi, makan kerja, pulang, tidur lagi.
Gue pagi bangun subuh, sarung dan sajadah gue sudah disiapkan Nana bahkan ketika dia gak sholat sekalipun. Selesai gue sholat, Nana tahu gue jarang tidur lagi dia sudah siapkan teh hangat untuk gue. Gue menikmati teh hangat sambil buka iPad Nana siapkan baju kerja gue mulai dari kemeja, celana, kaos kaki, sampai pakaian dalamnya. Gue selesai mandi Nana sudah dibawah entah menyiapkan sarapan atau paling gak untuk memberitahu mbok Sum untuk menyiapkan apa.
Nana sendiri bukan tipe perempuan yang kalau dandan lama. Dia termasuk cepat, selesai sholat subuh sementara gue menikmati teh dia mandi, gue selesai mandi di dandan dan kadang proses dandan ini bersamaan dengan gue yang baru mandi dan berpakaian.
Gak jarang juga Nana membenahi pakaian gue, kalau kusut dia ambil steamer baju yang ada di walking closet kamarnya dan merapihkan kemeja gue dulu.
Tugas gue apa kalau pagi? Nyaris gak ada selain nanya Nana 'Na..kamu udah pakai lipstick?' terus nanti Nana noleh dan bingung ngelihatin gue dan gue cuma nepuk paha gue 'sini morning kiss dulu'.
Oh sama manasin mobil sih habis manas – manasin istri yang gak panas – panas juga sampai sekarang.
Luar biasa kan?
Dan tipikal suami – suami pada umumnya. Sekarang gue ditinggal Nana dan gue kecarian barang gue, sampai harus membuka semua laci – laci. Padahal perkara gue sepele, dimana Nana naro laptop case yang biasa gue pakai kalau mau meeting diluar biar gak ribet gotong – goton ransel.
Nyari gini aja semua laci gue bukain.
Dan ketika gue membuka laci – laci itu, gue malah nemu scrapbook. Gue kayaknya pernah lihat buku ini tapi duluu banget, jaman – jaman baru kenal Nana. Gue pernah lihat buku ini kegeletakan di meja makan unit apartemennya.
Gue pun malah jadi mengurungkan niat gue nyari case laptop dan jadi narik scrapbook itu lagi. Gue buka satu persatu halaman buku itu dan gue jadi ketawa sendiri. Halaman pertama ada foto Nana lagi dipeluk tante Mei di bandara, ada tanggalnya kalau itu dia mau berangkat ke Perth.
Gue buka halaman – halaman selanjutnya, ada foto gue tapi gak sendirian. Foto gue sama dia dan anak – anak yang lain. Gue lupa ini acara apa, ada tanggal dan tulisan 'a good friend is like a four leaf clover. Hard to find and lucky to have'.
Ada foto gue juga berdua Nana yang gue ngejepit rambut Nana diantara hidung dan bibir gue, gue ingat gue baru beli laptop dan Nana nyoba – nyobain cameranya. Gue gangguin dia.
Sampai akhirnya foto yang entah dia ambil kapan, foto gue dari samping 'future husband?' dengan tanda tanya. Kayaknya ini foto gak lama – lama banget, karena ada didalam mobil gue dan gue lagi nyetir.
Terus ada foto dia fitting baju pengantin, cantik banget 'speechless' hanya itu tulisannya gue gak paham apa. Yang jelas halaman demi halaman gue buka, yang berikutnya tentang gue dan Nana, dan kalimatnya selalu sepotong – sepotong dan berkesan gloomy.
Ada foto last dance dia dengan papanya 'karena bahagia itu adalah lihat papa bahagia. Maaf kalau Nana hanya bisa kasih ini buat papa, membahagiakan papa selalu jadi cita – cita hidup Nana. I love you papa'
Foto berakhir di foto akad nikah kami berdua, dia tempel bersebelahan dengan foto waktu gue cium bibir dia di malam resepsi. 'I hope this is right, will I found a love in this guy I called ... husband?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
RomanceWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...