ANDRA (7)

1.4K 162 10
                                    

Gue mendorong troli kearah check in counter Garuda Indonesia tujuan Jakarta. Nana dari tadi ngintil dibelakang gue sambil diam. Dari tadi dia pasang tampak sok cool, dan malah cerewet gak tentu arah sepanjang jalan.

Entah Nana sadar atau nggak. Kalau malam itu di Infinity Attraction, gue nyaris melakukan kesalahan fatal. Otak gue kayaknya ketempelan setan, karena gue nyaris mendobrak batasan yang selama ini gue jaga dengan teguh. Tiba – tiba gue tertegun lihat muka Nana yang berseri – seri lucu, dan gue entah kenapa pingin banget mengecup bibir cerewet itu.

Gue bahkan sudah memajukan kepala gue. Dan Alhamdulillah, Allah lagi – lagi ngasih gue kesempatan untuk gue inget lagi sama batasan. Kalau penjaga itu gak masuk kedalam dan minta kami keluar, mungkin gue sudah melumat bibir Nana dan sekarang Nana boro – boro ada dibelakang gue. Mungkin gue nya sendiri juga udah tinggal nama ditangan perempuan kecil ini.

Jangan pernah underestimate badan kecil ini, gue sama dia pernah bercanda gebuk – gebukan bantal sofa, dan dia gebuk gue kenceng banget kena kepala. Pusing cuy.

"gak ada yang ketinggalan kan? awas ya kalau ada yang ketinggalan terus ngerepotin gue nelpon – nelpon nyuruh paketin.." dia belum selesai ngoceh bibirnya udah gue jepit pakai telunjuk sama jempol gue.

"berisik... kalau ada yang ketinggalan gue yang kesini sendiri, sekalian sidak lo nakal apa nggak gue tinggal" gue berbalik menghadap petugas check in dan menyerahkan tiket dan passport gue.

Dia cuma cemberut aja dibelakang gue.

*****

"udah sana.. urusin Nania.. lihat mukanya, bendungan bentar lagi jebol" bisik Arie sambil mengendikan dagu kearah Nana yang cuma berdiri diam didekat pintu menuju gate imigrasi. Gue terkekeh dan menepuk pundak Arie dan bro-hug dengan Andy "take care mate, kerja yang bener, biar bisa cepet ngawinin Nania" gue cuma ketawa aja gak tahu mau jawa apa.

Gue berjalan mendekati Nana dan memasukan boarding pass dan passport gue kedalam saku jaket "heey.." panggil gue sambil berdiri didepan dia "promise me you'll be fine... jaga diri lo.. dan ingat... jangan sembarangan pacaran. Kalau kenapa – kenapa, gue gak bisa saat itu juga ada didepan lo.." belum selesai gue ngomong, dia menangkupkan kedua tangannya diwajahnya dan benar kata Arie.

Bendungan jebol, tanggul bocor.

"heeey.... kok malah kenceng banget nangisnya?" gue ketawa sambil menarik dia dalam pelukan gue dan gue mengusap – usap kepalanya. Dia masih menutup mukanya dengan tangannya dan keningnya bersandar di dada gue. Rasanya, gimana gitu...

Gue lirik bunda dan dia cekikikan, sementara ayah melotot. 'bentarr..bentarr' gue ngasih kode bicara tanpa suara sambil menunjuk kepala Nana yang masih nangis kejer, dan gue ngasih kado kalau dia nangis. mas Hafiz dan mbak Tiara udah mesam – mesem usil ke gue.

Gausah tanya dua teman gue itu berbuat apa, gue yakin mereka malah foto – fotoin gue buat gangguin.

"kenapa semua ninggalin gue.." lirihnya sambil masih nangis sesenggukan dan tangannya masih ditangkup didepan mukanya. Suaranya gak jelas. Gue masih mengusap kepalanya dan meletakan dagu gue diatasnya "cuma sementara Na.. sementara... I'm waiting you home.." ucap gue.

Sambil gue tertegun sendiri, I'm waiting you home? dari mana gue dapat inspirasi kata – kata itu? Dan entah kenapa, gue malah jadi timbul tekat, kalau gue memang akan menunggu dia pulang.

Gue mengurai pelukan kami karena ayah sudah ngasih kode buat gue gak lama –lama peluk anak gadis orang.

"udah ya.. gue jadi berat pulangnya kalau lo kayak gini. belajar yang benar, cepat lulus, cepat pulang... I'll see you in Jakarta.." gue mengusap air matanya dan mengacak lembut kepalanya.

Mencintai NaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang