Gue masih duduk bersila diatas sajadah sudah sejak kurang lebih satu jam tadi, waktu menunjukan jam 3.30 pagi. Gue terbangun jam dua karena tadi Rayqa sempat rewel sebentar, tapi setelah gue dekati ternyata dia hanya melindur. Gue tepuk – tepuk pantatnya dia kembali pulas, gue betulin posisi selimutnyam tapi dia menendang selimutnya sepertinya kegerahan. Anak gadis gue yang satu ini emang agak pencak silat kelakuannya. Tapi udara diluar memang lagi cenderung panas, bahkan gue mempertimbangkan menambah unit AC dikamar ini.
Tapi kata Nana jangan, gak sehat buat anak – anak. Iya juga sih.
Selepas sholat tahajud gue masih menyempatkan untuk mengaji sebentar. Gue memang belakangan gampang stress. Otak gue rasanya penuuh banget, dan gue malah jadi overthinking terhadap segala sesuatu. Yah, semua juga tahu lah, disaat bisnis kesandung – sandung begini, kami semua pelaku usaha pasti stress.
Gak hanya Pratama Propertindo yang proyek banyak mandek karena pembatasan 50% pekerja yang boleh masuk, Karyamuda juga terpaksa ada beberapa yang terhenti. Entah karena memang keamanan, entah karena keputusan yang punya uang untuk hold dulu sampai waktu yang memungkinkan.
Yang bikin stress lagi, ada satu bangunan ruko yang dikerjakan Karyamuda, malah menjadi cluster covid. Otomatis proyek itu dikarantina dulu, dengan material yang terpaksa terbengkalai disana. Gak kehitung berapa banyak kerugian karena material rusak. Karena area harus di kosongin, ada aja material yang hilang juga. Entah kawat baja, entah apa aja.
Pelarian gue ya...ni, berdoa saja mohon bantuan Allah. Gue gak maus sampai Nana dan anak – anak jadi pelampiasan gue. Pernah sekali gue pulang dari proyek dan gue bad mood luar biasa. Lihat Rayhan yang sudah mulai sekolah menumpahkan cat acrylic bekas dia prakarya sekolahnya tadi ke lantai dan lantainya jadi bernoda. Entah kenapa itu bikin gue kesal banget, lihat ada yang jadi rusak dirumah ini. Akhirnya gue gak sengaja bentak Rayhan.
Pertama kalinya dalam hidup gue, lihat Rayhan yang selama ini selalu cool, matanya langsung memerah berair dan bibirnya menyebik mau nangis. Nana yang lagi nyiapin makanan Rayqa dipantry sontak melotot kearah gue. Dia menatap gue tanpa ampun, dan gue mendadak sadar kalau gue udah cari mati.
Dia langsung berjalan cepat kearah Rayhan dan berjongkok disebelahnya sambil membelai kepalanya "mas Ray kenapa bisa tumpah?" tanya Nana lembut. Rayhan masih ketakutan dan dia jawab "kaki mas Yay kena itu" dia menunjuk kabel charger laptop gue, yang lupa gue beresin semalam.
Gue menggigit bibir dalam gue, antara gengsi ngaku salah depan anak, tapi nyatanya bukan salah Ray juga.
Nana langsung mendongak dan menatap gue marah, dia lalu mengalihkan pandangan kembali ke Rayhan dan mengecup kepalanya "it's okay, lain kali mas Ray kalau jalan hati – hati, diperhatikan ya ada apa di bawah. Sekarang mas Ray ke belakang panggil mbak Titin minta bantuin mbak titin bersihin ya?"
Rayhan mengangguk patuh dan langsung berlari ke belakang mencari ART kami.
Nana langsung berdiri tegak didepan gue, walau setegak – tegaknya Nana tetap cuma sepundak gue "you should apologize, it's not his fault.. itu kabel laptop papi kan?" gue hanya bisa menunduk dan akhirnya berjalan menghampiri Rayhan yang sudah kembali bersama titin, dia membantu titin membawa lap dan titin menggotong ember pel.
Gue berjongkok disampin Ray dan meminta titin pergi, akhirnya gue membantu Rayhan membersihkan tumpahan itu. Selesainya gue menggendong Rayhan berjalan – jalan ditaman samping "maafin papi ya mas? Papi salah" gue gak boleh banyak alasan seolah seorang papi berhak punya sejuta alasan untuk khilaf. Gue harus ajarin Rayhan jadi laki – laki jangan banyak excuse, salah ya salah. Titik.
Gue sadar, Rayhan bakalan looking up ke gue, sebagai figur laki – laki terkuat didalam keluarga ini. Gue harus bisa jadi laki – laki yang baik, supaya Rayhan bisa jadi laki – laki yang baik juga. Kids learning more from watching than listening, aren't they?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
RomanceWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...