part ini dibuat dengan inspirasi dari @cyme05 yang bilang, Part Andra (6) ini kira - kira dari pikiran Nana apa ya? jadi deh pengetikan kilat diluar draft aslinya ini. mohon maaf kalau gak memuaskan.
oh iya, tanpa bermaksud gak adil ya. semua masukan tentunya aku terima dan tampung, tapi memang gak semuanya berhasil aku realisasikan. Insha Allah kalau ada inpirasinya, pasti aku buat :)
thank you... and happy reading
_______________________________________________________________
Andra pulang? Sebenarnya aku bingung gimana harus menyikapi kepulangan Andra. Aku juga bukan siapa – siapa buat Andra, hanya sahabatnya. Sahabat dan teman itu bedanya apa sih? hanya beda di level sampai sejauh mana mau saling terbukanya aja kan?
Aku gak berhak maksa Andra untuk pulang bareng aja nanti. Memang siapa aku?
Salahkan aku dan kemanjaanku, yang semenjak menginjakan kaki di negara ini, banyak bergantung ke Andra. Andra sosok yang selalu standby tiap aku lagi jatuh, walau dengan cara mengomeli dan menceramahi yang kadang jatohnya menyebalkan.
Tapi itulah Andra. Dan tanpa kusadari, aku bergantung pada Andra. Ada apa sedikit, Andra, kenapa sedikit Andra. Sampai – sampai aku sadar, aku gak punya teman dekat lain selain Andra. Bukan aku gak dekat dengan Arie, Rizka dan lainnya.
Tapi kedekatan kami berbeda.
Andra... pria yang dengan entengnya ku titipi pembalut, karena aku sudah terkulai gak berdaya menikmati period cramp didalam kamar, sementara stok pembalutku tinggal satu.
Dan dia juga dengan santainya membelikan pembalut sesuai dengan deskripsi yang aku kasih. 'Merek whisper yang wings ya Ndra' titahku, walau akhirnya dia tetap salah ambil.
Kalau ditanya selama berteman dengan Andra, apa aku sempat baper? Hahaha.. siapa yang gak baper berdekatan dengan Andra? jelas aku pernah. Sempat terpikir, apakah semua ini bisa lebih? Sampai aku sadar, semua ini memang gak bisa lebih.
Aku dan Andra, kami gak punya cara pandang yang sama soal cinta. Dan aku gak bisa itu. Kalau aku boleh berbuat serakah, aku ingin pria dengan cinta membara seperti Dewa, tapi dengan sikap seperti Andra yang selalu hangat dan menjaga.
Semenjak aku sadar kalau Andra dan aku gak akan bisa lebih dari ini, aku selalu membatasi khayalanku tentang Andra. Andra gak akan bisa dengan perempuan demanding seperti aku, dan aku gak akan bisa dengan pria tanpa kata – kata cinta seperti Andra.
We're not meant for each other.
*****
"gimana Andra mau pulang?" aku mendongak dan mendapati Arie lagi cengengesan disebelahku. "ya gak gimana – gimana. Memang waktunya dia pulang" jawabku santai,walau didalam hati aku resah. Gimana esok hari tanpa Andra?
"yang bener... belakangan lo bengong mulu? Sedih ya Andra pulang? Gue heran, kalian berdua tuh ngapain sih? gak capek?" tanyanya sambil masih gak mau juga beranjak dari sebelahku, sambil meluk tube pringless dan menguasainya sendirian. Dasar gembul.
Ngomong – ngomong gembul, aku bakalan kehilangan si gembul yang sekarang lagi asik manasin roast chicken di dapur. Lapar katanya, padahal kami baru makan pizza dua jam yang lalu. Benar – benar gembul.
"capek apa? emang lagi pada nyangkul?" tanyaku sambil merebut tube pringles darinya. "capek temenan laah... kenapa sih? udah sih lo sama si Andra aja. Anyep – anyep jaminan mutu kok.. di jamin, gak bakalan pake nangis – nangis. Garansi uang kembali deh sama gue.. lifetime guarantee malah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Nania
Roman d'amourWarning! Adult content, 21+. Some scenes and languages might not be suitable for below 21. Silahkan membaca Trial&Error dulu sebelum membaca cerita ini. Dewa : Nania.. cinta aku ke kamu itu,nyata. Cinta aku ke kamu itu, ada. I love you with all my...