EXTRA PART 4

4.1K 294 18
                                    

Sejak kemarin sore, memang badanku rasanya gak karuan dan kepalaku pusing luar biasa. Rasanya aku gak sanggup bangkit dari tempat tidur, padahal anak – anak sudah merengek – rengek. Tapi apa daya sejak kemarin kalau aku sedikit mengangkat kepalaku, rasanya seperti berputar. Mas Andra sempat mengukur tensiku, memang agak rendah, makanya aku disarankan beristirahat.

Untungnya ini sedang long weekend, jadi mas Andra bisa stay dirumah dan membantu menjaga anak – anak. Dan untungnya lagi, anak – anakku terutama Rayna itu selalu nurut sama papinya.

Ooh.. khusus Rayna, dia fans papi garis keras, dan sedikit mengibarkan bendera persaingan kedudukan denganku. Lengketnya bukan main anak gadisnya Andra satu itu. Kalau papinya pulang kantor, gak akan mau turun dari gendongan, kadang papinya sampai harus makan sambil memangku. Kalau aku ambil, dia nangis. Aku kadang sampai tertawa geli sendiri melihat tingkah Rayna.

Kadang aku dan mas Andra suka menggoda Rayna dengan pura – pura berpelukan, atau mas Andra menyuapiku sesuatu. Dan Rayna akan segera mendatangi kami walau jalannya masih tertatih – tatih. Setelahnya dia akan berusaha merayap naik ke pangkuan papinya, lalu memeluk papinya manja, sambil wajahnya cemberut menatapku. Nanti kalau aku iseng berusaha menyentuh tangan papinya, tanganku akan dia ambil dan dia jauhkan.

Dan mas Andra adalah papi yang mellow pada anak gadisnya. Sungguh diluar dugaan. Dulu aku pikir dia akan menjadi papi yang cenderung keras dan galak seperti ayah. Mengingat prinsip hidup mas Andra yang cukup strict itu.

Rayhan? Dia team mami. Apa kata mami pokoknya dia patuhi. Dia seperti reinkarnasi papinya, apa maunya mami pokoknya diturutin hahaha.

Rayhan bukan anak yang rewel, sedikit – sedikit minta gendong dan menangis. tapi, kalau aku pulang dari kantor, dia akan mengekoriku kemana saja. aku kekanan dia ikut kekakan, aku kekiri dia ikut kekiri. kami sudah seperti truck gandeng.

Mungkin ini ajaran papinya, kalau mami itu harus dipepet terus jangan sampai lepas. Efektif sih, sekuat apapun aku menyangkal perasaan ke papinya, akhirnya luluh juga walau jalannya harus terlalu dramatis begitu.

Kalau mengingat yang dulu – dulu, ada rasa geli sendiri sekaligus perih juga. Andai dulu aku belajar bersikap dewasa, terbuka dan tidak keras kepala, mungkin segalanya akan lebih baik.

Tapi mungkin aku jadinya belum belajar banyak untuk menata masa depan yang lebih baik bersama mas Andra.

Pun mas Andra begitu. Dia berubah nyaris total, walau tidak drastis. Dia menjadi lebih berusaha mengerti dan peka terhadap apa yang terjadi. Gak bersikukuh dengan prinsipnya yang kadang terlalu keras itu. Terutama soal wanita.

Iya, satu yang kami berdua sadari dari kejadian kemarin – kemarin. Selain sulit percaya aku juga pencemburu pada mas Andra. Pencemburu yang luar biasa, yang sering membuat mas Andra sedikit harus bersabar dan sigap dengan penjelasan.

Tapi satu yang aku suka, mas Andra sekarang memang menjaga jarak dan pandangannya pada rekan wanita. Tidak lagi bergabung kalau ada acara kongkow – kongkow yang kira – kira dihadiri wanita single yang bisa mengundang gossip berbahaya.

Dia lebih memilih kongkow dengan sesama rekan yang sudah menikah, di tempat yang netral seperti coffee shop atau lapangan futsal. Terlebih, mas Andra sejak punya anak selalu kangen pulang.

Dia adalah pria yang selalu bilang "assalamualaikum anak – anak.. papi pulaaang..." dengan lantang. Sampai aku suka menggeleng – geleng gak percaya sama tingkahnya yang mendadak lebay sejak jadi ayah.

Padahal yang akan berlari heboh dengan pantat semok terganjal diaper hanya Rayna. Rayhan akan lebih memilih mengekori ku kemana saja, sampai aku mandipun ditunggui didepan pintu "mami dah yoom?" sesekali dia berteriak itu didepan pintu kamar mandi.

Mencintai NaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang