EXTRA PART 2

3.7K 293 20
                                    

"piiii..." panggil Nana dengan suara lirih yang justru membuat jantung gue kayak mau copot. Gue lagi duduk beramai – ramai di kantin untuk makan siang. Makanan baru aja gue taro diatas meja, dan anak – anak lagi heboh ngeledekin Gyan dengan gebetan barunya yang namanya Lestari.

Padahal tiap Ola lewat, mata Gyan kalau per nya gak kenceng gue yakin udah copot, saking melotot gak kedip. Gue tahu sebenarnya siapa yang disukai sepupu jauh gue ini dari jaman dia baru menginjakan kaki di kantor ini. Cuman dia aja yang minder mau nembak.

"mami.. kenapa? mami gak apa – apa kan?" tanya gue panik sambil berusaha menutupi sebelah kuping gue yang sudah bergemuruh berisik anak – anak saling melempar ledekan. "dari tadi subuh, celana dalam mami basah terus pi... mami pikir kan mami ngompol. Tapi masa mami seharian ngompol? Soalnya asal mami ganti celana dalam, paling dua tiga jam kemudian juga sudah basah.,

Gak basah banget sih pi, tapi kerasa gitu basah.,

Ini mami kenapa ya pi? Apa ketuban mami rembes?"

"kenapa mami gak bilang papi tadi subuh?" tanyaku setengah marah selebihnya panik. Kenapa Nana gak bilang kalau tadi subuh dia merasa celana dalamnya terus – terusan basah. "ya karena mami pikir mami gak tahan pipis aja, belakangan kan suka gitu pi.." ucapnya dengan suara bergetar "gimana ini pi..?" tanyanya mulai menangis.

Gue langsung panik berdiri cepat sampai paha gue nabrak bawah meja dan bikin piring yang posisinya masih diatas nampan yang naronya juga gak bener, langsung jatuh pecah dan berisik. Semua orang sampai menoleh dan melihat kearah gue bingung.

Gue buru – buru minta maaf sama yang punya warung makan, terus gue lari keatas ambil kunci mobil "mami tiduran dulu ya, papi pulang sekarang"

*****

Sampai dirumah gue langsung merangsek masuk kedalam kamar, dan menemui Nana yang nurut sudah dalam posisi rebahan. Gue tanya gimana? Dan dia bilang baru aja kerasa basah lagi celana dalamnya.

Gue gak mau ambil risiko, gue langsung bawa dia ke Rumah Sakit.

Ternyata dugaan Nana benar, ketuban dia merembes. Gak banyak, tapi kalau gak segera diatasi ya lama – lama janin – janin kami bisa kekurangan air ketuban didalam sana.

Sebenarnya rencana sesar Nana sendiri masih 3 hari lagi, dan gue rencananya cuti H-1 supaya H+ nya banyak. Kayaknya kehamilan selanjutnya mending gue cuti dari satu bulan sebelum Nana lahiran kalau tahu rasanya jantungannya kayak begini.

Keputusan caesar diambil ketika diketahui kalau posisi sikembar ini locked satu sama lain. Vaginal birth terlalu berbahaya, terlebih Nana memiliki riwayat asma waktu SD. Gue juga baru tahu Nana ada asma, selama ini gue tahunya dia hanya alergi residu nikotin. Ternyata itu saling berkaitan, karena alerginya Nana larinya ke pernapasan, jadinya memicu asma waktu dia SD.

Untung gue bukan perokok.

"jadi gimana doc?" tanya gue ke Dr Wahyuni yang menangani kehamilan Nana. Dia tersenyum kearah gue dan Nana "ya kita jadwalkan caesar untuk besok ya?" jawabnya tenang. Gue melihat ke Nana yang mendadak diserang panik. Dia nangis entah ketakutan entah kenapa.

"heey...ssshh... kenapa nangis? kan besok kita bisa lihat mereka, Ngil. Harusnya kamu senang" gue mengusap kepalanya lembut "Memang kamu gak pingin lihat mereka? mirip siapa ya kira – kira? Kamu apa aku?" gue mengusap – usap keningnya dengan lembut.

Nana masih sesenggukan "aku takut.. aku takut kenapa – kenapa. Aku..aku takut kayak mama.. mama juga komplikasi waktu melahirkan aku.." ucapnya terbata – bata.

Sejak awal kehamilan, memang Nana sudah bilang ke gue kalau dia mengalami ketakutan kalau – kalau kejadian yang menimpa mamanya, akan menimpa dia juga. Bahkan dia pernah nanya ke gue, apa gue sanggup mengurus bayi kembar sendirian? Sampai bilang 'kalau mas cari istri lagi, pastiin dia sayang ya sama anak – anak? Jangan sayang sama mas nya aja. Dan kalau mas punya anak lagi sama istri baru, jangan singkirin sikembar. Atau titipin aja ke tante Mei, atau ke Rizka kalau mas gak mau'

Mencintai NaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang