BOBBY (3)

548 76 21
                                    

Setelah gue pertimbangkan lagi, sepertinya ini memang jalannya gue untuk mulai menyesuaikan diri dengan keluarga Ika. Gue juga gak bisa terus – terusan begini, karena gimana juga, gue terlanjur melamar Ika. Gila bahasa gue, terlanjur, kesannya gue terpaksa banget.

Gue akhirnya mengiyakan tawaran interview itu. Dan, memang sudah jalannya buat gue kayaknya, entah kenapa, interviewnya berjalan super duper sangat lancar sekali. Saking lancarnya. Seolah semua prosesnya ngalir gitu aja. Mulai dari interview dengan pihak HR nya mereka, beralih ke user, beralih ke atasnya user, sampaai ke proses inteview paling akhir. Bahkan semuanya dilakukan hanya dalam satu minggu proses interview yang jaraknya juga berdekatan.

Gak perlu nunggu lama – lama, seminggu kemudian setelah gue interview terakhir, gue sudah masuk proses offering. Gue sendiri sampai bengong, waktu terima offering letternya. Ini jumlahnya gak salah? Gue memang sempet sebut nominal yang gue mau, yah kurang lebih 15% dari gaji gue sekarang lah. Tapi, ini offer nya bahkan 20% dari gaji gue sekarang. Ini belum plus tunjangan yang bisa gue dapatkan nanti. Bahkan ada car ownership program segala.

Gue kayaknya gak perlu pikir panjang lagi kalau kayak begini sih. Walau risikonya gue jadi one man show di Jakarta, gue berani. Apa sih yang gak berani gue coba? Sejak SMA gue udah ditempa untuk berani mencoba selama itu baik, halal dan menguntungkan. Gue bukan anak yang terlahir hidup gampang – gampang aja, walau gak kelaparan juga.

Gue udah kerja dari SMA, disamping sekolah dan ikut kegiatan sekolah. Tiap pagi gue ngedrop kue – kue nyokap di kantin sekolah. Malu? Gue gak bakalan punya apa – apa kalau perkara ngurusin malu. Malu itu nomer sekian. Kalau yang bapaknya koruptor aja, anaknya bisa berlagak petentang – petenteng ke sekolah naik jaguar? Kenapa gue yang cari duit halal harus malu? Pulang sekolah nenteng nampan bekas kue – kue ibu, itu hal biasa buat gue.

Gak pakai pikir – pikir lagi, gue langsung signing offering letter, scan dan sent. Tinggal nunggu kontrak kerjanya. This what I've missed. Gue lupa tanya, detail jobdesk gue dan penempatan. Saking gue takjubnya dengan deret angka yang ada di offering letternya.

Begitu kontrak kerja gue terima, ternyata, gue harus penempatan satu tahun di Perth, Australia, karena letak holdingnya disana. Gue harus ikut pelatihan yang sufficient karena gue bakalan jadi representative nya mereka di Jakarta. One and only representative officer. Gue cuma bakalan di modalin driver untuk kemana – mana, dan satu orang semacam OB gitu buat bantu – bantu gue foto kopi dan beberes office gue. Segala administrasi surat menyurat dan lain – lain bakalan gue kerjakan sendiri. I'm gonna be busy busy busy. Bahkan urusan HRD gue bakalan direct ke Australia langsung.

The problem is, gimana dengan Ika? Perempuan yang terlanjur gue lamar?

Tapi kan ini juga untuk masa depan gue sama Ika. Terlebih, Ika gak berhak melarang arah karir gue. Dia belum jadi istri gue, jadi semua keputusan ini, ada ditangan gue. Gue cuma discuss sama bapak ibu, mikirin plus minusnya, terutama soal ninggalin mereka hanya sama Alfa.

Bapak sama ibu meyakinkan gue, kalau mereka akan baik – baik aja. Dan ini adalah perfect way out buat masalah finansial yang gak sudah – sudah ini. Gue membayangkan 2 atau 3 tahun gue kerja disini, dengan gaji dan tunjangan yang segitu. Insha Allah, Alfa selesai kuliah kurang lebih satu tahun lagi, gue bisa ngebekalin bapak dan ibu lebih baik. Plus, gue lebih bisa punya harga diri dari segi tabungan, buat ngawinin Ika.

Tapi, gak untuk perempuan ini. Nggak untuk Ika. Gue kayak gak boleh kemana – mana yang jauh dari Ika. Gue harus selalu disamping Ika. Ketergantungan Ika sama gue terlalu besar, dan gue jadinya merasa gak dimengerti sama Ika.

"aku bisa bantu kamu, By. Dikantor papa gaji kamu juga bisa segitu, aku bisa minta papa untuk kasih lebih besar malah, plus tunjangan. Aku bisa atur" protes Ika sambil banting copyan kontrak kerja, yang sudah gue tanda tangani dan gue scan dan kirim kesana.

Mencintai NaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang