𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶

sepuluh

"gak bisa gitu lah, pa" tolak Hoshi.

Gue juga terkejut mendengarnya. Mau sekuat apapun menentang keputusan papa, semuanya tetap terjadi.

Saat pak Kim–asisten pribadi papa–datang, Hoshi benar benar mengelak. Ia gak pindah dari tempatnya sedikit pun. Begitu pula pak Kim yang gak bisa memaksa.

Kedua alis papa beradu. Ia pasti sangat marah melihat kelakuan anaknya yang gak mau mendengarkannya. Ditambah lagi mama menarik gue dari belakang Hoshi.

"kalau gitu, Saemi yang pindah" tiba tiba papa berucap.

Mata gue membelalak. Sial, ternyata mama sudah menggenggam erat tarikannya.

Saat gue menghadap ke belakang untuk melihat respon Hoshi, ternyata ia bernasib sama. Memang benar ia berusaha merebut gue dari mama, tapi pak Kim terlanjur menahannya.

Bahkan sampai di luar rumah pun, panggilan Hoshi masih terdengar jelas.

"gak, Saemi jangan pergi! Saemi!"

Kalau mau melawan, mama pasti akan berpikiran bahwa anaknya ini sudah jatuh cinta dengan kakak tirinya sendiri. Hal itu mungkin bisa menambah masalah.

Jadi, gue duduk diam di dalam mobil.

Di perjalanan menuju rumah yang disediakan oleh papa tadi membutuhkan waktu banyak. Wah, keputusannya memang benar benar berat. Sampai harus memisahkan dari Hoshi sejauh ini.

Rumah sederhana ditunjukan oleh mama. Bahkan ia lupa membawa pakaian pakaian gue. Yang ada dipikirannya cuma pisah dari anak tirinya.

"buat sekolah, les drama, sama keperluan lainnya bakalan mama yang nganterin"

Sebelum mama masuk ke dalam mobil lagi, gue menahannya.