empat puluh

757 92 6
                                    

Suara putaran kunci terdengar nyaring, sontak gue menghampiri pintu dengan cepat. Sial sudah kekunci. Gue berusaha mendobrak tanpa memanggil Hoshi, karna yaa percuma juga ia gak akan membukakan.




"bibi! bibi, tolong buka pintu kamar Hoshi! saya terkunci!"




Sekeras apapun memanggil bibi, tidak ada tanda tanda ia datang. Makin lama gue makin pasrah. Kembali duduk di atas ranjang sembari menoleh ke arah jendela.




Kalau aja tadi ponselnya ditaruh di tempat yang benar, semua ini gak bakalan terjadi.

































Author POV




Hoshi berhenti tepat di depan rumah mewah CEO perusahaan, yakni ayahnya Hani. Petugas yang menjaga pintu langsung membukakan pagar karna mengenal direktur itu.




Sambutan hangat diberikan oleh pak Jang, ia senang melihat kedatangan Hoshi yang tiba tiba begini.




"selamat datang Hoshi, silahkan duduk"




Tapi, begitu mau duduk di sofa sebelah kiri, seseorang datang dari ruangan lain. Tiba tiba kedua mata Hoshi melebar. Ia masih mengadu kedua alisnya.




"papa?"




Ya, ayah Hoshi atau bisa disebut pak Kwon ada di sana. Berusaha mengerti situasi, pak Jang justru melontarkan pertanyaan yang malah menambah rasa kesal cowo itu.




"jadi, bagaimana dengan keputusan kamu soal resiko dan perjodohan yang saya sampaikan? setuju?"




"setuju saja, Hosh" sambung pak Kwon. Ia nampak santai duduk di samping pa Jang sembari menikmati buah anggur.




Tidak dengan Hoshi. Ia masih duduk tegap. Merasa jengkel melihat sang ayah bersama CEO bekerja sama begini.




"saya masih tetap pada pendirian, pak Jang"




Mendengar jawaban Hoshi, senyum CEO itu langsung hilang. Begitu pula pak Kwon.




"sampai kapan pun saya akan terima resikonya kalau harus dipecat sebagai direktur tanpa penghormatan"




Benar benar bukan main, dengan suara berat dan santai Hoshi mengucalkan secara terang terangan, serta memberi kesan kalau ia tidak mau menikahi Hani.




"lagipula saya ke sini bukan mau ubah keputusan itu. Saya ke sini mau minta pertanggung jawaban atas perbuatan Hani pada pacar saya"




"untuk apa bertanggung jawab? Hani pasti melakukan hal tersebut semata mata untuk menyelamatkan posisi kamu di kantor" jawab pak Jang langsung.




Hoshi gak kaget sih kenapa Hani bersikap kayak gitu, orang bapaknya sendiri memiliki sikap yang buruk.




Ayahnya juga menambahkan dengan terus berucap hal hal baik tentang Hani, seperti pintar, berani, tidak manja dan sebagainya.




Berbeda dengan Saemi yang baru saja lulus SMA, belum terjamin kuliah, hanya mempunyai seorang ibu yang bahkan tidak berpenghasilan.




Pak Kwon berujar seperti itu yaa karna gak mau hidup melarat. Emangnya ia pergi acara sana sini menggunakan uang siapa kalau bukan uang Hoshi?




Jika anak semata wayangnya dipecat, tidak mendapat kompensasi atau uang seperak pun, mau dibilang apa mereka.




"Hani mencelupkan ponsel Saemi ke dalam kopi panas"

𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang