tiga puluh

857 91 8
                                    

Atap rumah sakit yang berwarna putih nampak begitu jelas sesaat setelah gue membuka kedua mata. Panggilan berulang Hoshi berisik dan gue mendecik karenanya. Untung ia tidak tersinggung, jadi hanya meminta maaf.




"Dokyeom sudah bangun"




Dengan cepat, gue menghampiri Dokyeom. Awalnya gak percaya ia sudah bangun, buktinya tidak ada sesuatu yang bergerak atau suara yang keluar dari mulut cowo itu. Apa jangan jangan Hoshi sengaja? 




Ketika gue tengah memikirkan pikiran jahat tersebut, tiba tiba Dokyeom bersuara. 




"Saemi . . ."




"berburuk sangka aja sama aku" ujar Hoshi dari belakang.

Siapa yang nggak bakal berburuk sangka coba? Hoshi dan Dokyeom kan saling memusuhi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yang nggak bakal berburuk sangka coba? Hoshi dan Dokyeom kan saling memusuhi. Bisa jadi juga Hoshi mencoba untuk menghibur perihal kejadian Aisha. Tanpa mengatakan lebih lanjut, kakak memutuskan keluar.




Bukan marah kok. Ia hanya membiarkan gue dan Dokyeom bicara empat mata.




Dalam hitungan detik, kedua mata cowo itu perlahan terbuka. Napasnya tampak cepat, sedangkan salah satu tangan Dokyeom sudah menggenggam erat tangan gue. Ia menyadari kehadiran gue yang berdiri di samping.




"l-lo beneran udah bangun?"




"bodoh, emangnya gak bisa lihat?"




Gue mengerti kondisi Dokyeom sekarang. Wajar jika ia marah. Mengikhlaskan mantan pacar sekaligus sahabatnya dan mendapat tusukan dari Aisha. Tahun ini menjadi tahun paling sial baginya. Semoga tahun depan tidak.




"Aisha dimana?"




Menanyakan keberadaan perempuan itu sedikit membuat gue merasa sedih kembali. Tanpa disadari air mata sudah hinggap di kedua mata. Dokyeom melihat, ia berujar dengan suara rendah.




"ia mendapat balasan yang setimpal ya?"




Gue mengangguk, "ya, bahkan lebih dari itu"




Salah satu alis naik, kini Dokyeom menatap gue dalam. Lebih dari kondisi ia sekarang maksudnya? mungkin itu yang ia pikirkan.




"Aisha menjatuhkan diri dari atas gedung"




Tepat di kata 'menjatuhkan diri' gue gak bisa menahan segala tangisan. Dokyeom menyaksikan jelas bagaimana air mata gue jatuh membasahi kedua pipi. Rasa itu, ya, rasa kehilangan. Sepertinya sampai kapan pun, gue akan terus merasa kehilangan bila bertemu seseorang yang memiliki perawakan sama dengan Aisha.




Saking merasa kasihan melihat gue menangis terdesak, Dokyeom berusaha mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Ia langsung menarik gue ke dalam pelukan. Bukan Dokyeom namanya jika tidak mengucapkan kata kata positif saat temannya tengah merasa kesedihan.




𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang