delapan belas

1K 114 13
                                    

Teng!



Ucapan Hoshi barusan menabrak keras pendengaran gue. Selama ini kesibukan untuk melupakan rasa sakit hilang begitu aja saat Hoshi dengan jelas menceritakan rasa sukanya.



Kenapa bisa barengan gini sih? Kenapa baru ngomongnya pas gue udah jadi pacar orang?!



Tanpa merespon gue hanya menatapnya. Hari semakin malam dan Hoshi tetap meminta agar gue tinggal disini. Menemaninya.



Baru kali ini gue terus memutar otak. Selagi ia tengah mengerjakan sesuatu di meja, gue membalas pesan masuk dari Dokyeom.



Ceritakan gak ya? Ceritakan gak ya? Itu terus yang gue pikirkan.



Pada pukul 11 malam, kami baru pulang. Mama gak khawatir karna sebelumnya udah gue kabarin. Selama berjalan menuju tempat parkir, kami terdiam sama sekali.



"mari hidup seperti biasa"



Saat Hoshi bicara, langkah kami terhenti.



"mari bersikap normal" lanjutnya.

"mari bersikap normal" lanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dilihat dari wajahnya, ia benar benar menginginkan hal lama itu terjadi kembali. Memang sedari awal kami sama sama diam, gue pengen banget kembali bersikap normal.



Jadi, gue mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.



Mendapat respon singkat dari gue seperti itu aja membuatnya senang gak karuan. Apalagi menjadi pacarnya lagi.



Pintu gerbang ditutup. Gue menunggu Hoshi keluar dari mobil agar bisa masuk bersama. Dalam beberapa detik, kami pun menapakkan kaki di ruang tamu.



"Saemi-ya"



Wajah menunduk gue langsung terangkat begitu seseorang dengan suara familiar memanggil. Kedua mata gue melebar setelah melihat kehadiran Dokyeom disana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang