lima lima

644 64 13
                                    

Dr. Ahn permisi, di belakangnya terdapat beberapa perawat yang mulai mengikutinya. Hoshi tidak bergerak kemana mana, ia menatap kosong lantai rumah sakit.


"peluangnya untuk hamil kecil?" ucap Hoshi pada diri sendiri.


Perlahan ia membuka pintu, melangkah masuk hingga tubuh Saemi terlihat. Perempuan itu terbaring dengan kedua mata tertutup.


Saat tengah mengelus kepala si istri, ponsel Hoshi bergetar. Panggilan masuk dari Dokyeom, pasti Aram rewel. Sontak ia mengangkatnya, lalu yang terdengar malah suara Aram.


"papa, mama kenapa?"


Hoshi menunduk. Ia bingung mau terus terang atau bagaimana, "mama hanya butuh istirahat kok"


"istirahat dimana? kenapa gak di rumah aja?"


"uhm . . . Paman Dokyeom ada dimana, Ram?"


"halo, Hoshi"


Hoshi mengubah posisi duduknya. Ia memastikan apakah Aram bisa mendengar panggilannya atau tidak. Setelah Dokyeom mengatakan bahwa ia berada di depan rumah tanpa Aram, Hoshi mulai bicara.


"Saemi mengidap penyakit sindrom ovalium polikistis. Dokter bilang itu penyakit hormon, makanya siklus haidnya selalu berubah. Lalu, kemungkinan kecil bisa hamil"


Dokyeom terkejut, "benarkah?!"


"iya, sekarang ia dirawat. Gue bingung bagaimana menjelaskannya pada Aram"


Walau Aram tidak mengerti apa itu penyakit sindrom ovalium polikistis, tetap saja rasa sedihnya pasti muncul melihat kondisi Saemi.


Mau bagaimanapun Hoshi harus mengatakannya. Dokyeom juga memberi saran untuk lebih berhati hati bicara pada Aram karna ia masih kecil.


Hoshi memutuskan untuk pulang siang nanti. Salah seorang perawat diminta untuk menjaga Saemi sementara ia kembali ke rumah. Tadinya mau minta tolong pada Hani, tapi Hoshi tidak percaya lagi padanya.


Sekembalinya Hoshi ke rumah, Aram berlari menghampirinya. Ia menoleh kesana kemari, mencari keberadaan sang ibu.


"mama mana?"


Hoshi berjongkok. Ia menggenggam tangan kanan Aram, "Aram, bisa janji sama papa gak?"


Aram mengangguk dengan ragu. Ia merasa ada hal buruk yang terjadi pada Saemi, jadi ia sigap menahan tangisan.


"seperti kata papa tadi, mama butuh istirahat. Istirahat yang cukup lama"


"mama sakit ya?"


Mendengar Aram menebak tepat sasaran, kedua mata Hoshi melebar. Ia tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi.


"pasti bisa sembuh kan, pa?" nampak Aram menahan tangisan.


Melihat air mata hampir turun dari matanya, Hoshi langsung memeluk erat Aram. Nyatanya anak itu tidak bisa menahan tangisan. Ia masih kecil, sudah menghadapi masalah ini.


Dokyeom dan Hani yang berdiri di belakang keduanya hanya bisa menyaksikan. Mereka tidak bisa berbuat apa apa.


Elusan demi elusan Hoshi lakukan agar Aram merasa baikan. Tapi, anak itu terus menangis walau tidak mengeluarkan suara.


"mama pasti sembuh, Ram"

"mama pasti sembuh, Ram"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang