dua puluh

1K 101 13
                                    

Kopi habis dalam waktu 5 menit, gue beneran haus tadi. Tidak dengan Hoshi yang masih fokus pada layar laptop, sebenarnya ia bekerja apasih sampai sibuk banget kayak gini.



Saking lamanya bermain ponsel, gue kebablasan sampai akhirnya benda tersebut mati total. Charger Hoshi berbeda lagi.



Rasa khawatir gue dihilangkan oleh ucapan kakak. Ia akan selesai beberapa menit lagi, jadi tak perlu risau.



Berdiam diri jauh lebih abnormal dibanding bermain ponsel. Bener bener cuman duduk, diem, ngeliatin sudut ruang.



Melihat ke-no life-an gue membuat Hoshi menunjukan sedikit buku buku yang ia simpan di lemari dekat jendela. Disana terdapat novel genre horror.



Daripada bengong doang, mending baca.



Gue memilih satu buku berwarna hitam serta gambar pohon ditengah. Selagi membaca hingga bagian tengah, rasa kantuk gue datang tiba tiba.



Benar saja, di halaman 57, suara buku terjatuh mengejutkan Hoshi. Ia berpikir pikir pasti bunyi apa barusan.



Akhirnya ia tahu bahwa suara buku yang terjatuh ya berasal dari sofa tempat gue duduk. Bukunya jatuh tepat di atas wajah. Gue tertidur lelap.



Kala itu gue beneran gak inget ada janji dengan Dokyeom.



Hoshi terus nenggoyangkan pundak gue karna sudah selesai bekerja. Namun gue gak kunjung bangun. Kalau ditinggal kan gak mungkin.



Jadi mau tidak mau, Hoshi mengangkat gue.



Hinggap di punggungnya yang lebar memiliki rasa nyaman tersendiri. Walau sebenarnya berada diantara 2 alam, alam tidur dengan dunia nyata, gue menaruh dagu di pundaknya.



Sesekali menoleh ke arah wajahnya, Hoshi lucu juga.

Sesekali menoleh ke arah wajahnya, Hoshi lucu juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejadiam setelahnya gak gue ingat sama sekali. Intinya, saat terbangun di pagi hari, gue mendapati 256 missed call serta 650 chat dari Dokyeom.



Karna merasa bersalah, gue mengajak ia sarapan di resto mie udon. Datang lebih dulu agar peluang dimaafkannya besar.



Sekitar 10 menitan menunggu, akhirnya Dokyeom memunculkan diri. Ia menghampiri gue yang duduk diujung ruangan, samping jendela pas.



Dengan ragu gue meminta maaf.



"maaf, semalam ponselnya mati dan aku lagi diluar"



Wajah datar Dokyeom berubah menjadi seperti biasa. Ia memaafkan sambil mengelus kepala gue. Katanya masih ada hari lain untuk pergi.

 Katanya masih ada hari lain untuk pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang