dua sembilan

849 87 27
                                    

Suara sirene dari mobil ambulance lambat laun terdengar. Beberapa petugas lari membawa ranjang berjalan. Pada akhirnya, Dokyeom dibawa.



Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam keras kepala. Darah Dokyeom berceceran di lantai dan tangan gue.



Aisha juga ditangani oleh para petugas medis. Ia terus mengelak sambil teriak. Hal tersebut masih tidak gue percaya bahwa ia bisa melakukan sesuatu separah ini.



Untuk hari ini, latihan mendadak dibubarkan. Gue mengikuti dari belakang bersama kak Kyungsoo. Ia juga salah satu panitia sama seperti Dokyeom.



Tentu kejadian tersebut gue infokan pada Hoshi. Namun, baru mau mengetik, ia sudah mengirim pesan terlebih dahulu.



Selagi Dokyeom ditangani, gue pamit sebentar pada yang lain. Apalagi yang gue lakukan kalau bukan menghampiri kamar Aisha setelah mendapat pesan dari kakak.



"LEPAS! GUE HARUS KETEMU SAEMI!"



Nyatanya, baru sampai di depan pintu saja teriaka Aisha terdengar jelas. Perlahan gue masuk. Nampak ia tengah terbaring di ranjang sambil diikat.



Kehadiran gue yang kebetulan diinginkan oleh Aisha mengundang sorotan mata. Tiba tiba ia senyum tanpa rasa bersalah.



"S–Saemi! Lepaskan tali ini ya? L–lo sahabat gue, pasti mau tolongin kan?"



Permintaan gila Aisha membuat Hoshi langsung mendekat ke arah gue. Ia berdiri tepat di depan dengan posisi tangan saling menggenggam.



Kedua alis Hoshi juga beradu menatap Aisha.



"chagiya, apa yang kamu lakukan disana? ayo, bantu aku juga"

"chagiya, apa yang kamu lakukan disana? ayo, bantu aku juga"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bukan main, gue terkejut mendengar sebutan Aisha pada Hoshi. Ia bukan lagi depresi mengetahui hubungan kami, melainkan sudah tidak waras.



Tangan Hoshi gue tarik ke belakang. Ia berusaha menghentikan tapi gue tetap kekeh.



"lo gak pantes buat dilepasin, Sha"



Begitu nada suara gue mulai naik, kakak langsung menarik gue keluar dari ruangan. Ia tahu bahwa amarah gue gak bisa dipendam terus terusan.



"apa? chagi?!"



Namun, gue masih berusaha menetap di tempat.



"BUTUH BERAPA KALI BILANG KALAU HOSHI MILIK GUE, BERENGSEK!"



Tepat setelah gue teriak padanya, Hoshi menarik paksa. Air mata turun secara tiba tiba dari kedua mata. Tidak peduli dokter dokter di dalam mendengar, yang penting Aisha harus sadar.



𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang