Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hoshi memberikan minuman isotonik sambil menarik kursi. Gue sama sekali gak tau tujuan diajak pulang bareng sama dia apa. Intinya kita malah berakhir nongkrong di supermarket.
Saking kepikirannya sama chat dari Aisha tadi, gue nunjukin ke dia dengan maksud tolong kasih tau kak Kyulkyung jangan salah paham.
Setelah membaca sekilas chatnya, ia memberikan ekspresi wajah gak peduli. Matanya juga langsung berubah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"k–kak, ini tolong bilangin cewe lo"
"gak usah"
Jujur gue panik banget. Kak Kyulkyung bukan sembarang orang. Dia punya nama di sekolah. Kalau sampe gue berurusan sama dia kan, bakalan banyak yang dukung dia dibanding gue.
Tanpa minta izin dari Hoshi, gue merebut handphone nya yang juga ada di atas meja.
"ya! ya! ya!" tegur Hoshi. Ia gak bertindak lanjut, ia pasti berpikir kalau gue gak tau password nya. Padahal gue jelas jelas liat waktu di kasir tadi.
Beberapa detik kemudian gue menaruh kembali handphone nya. Hoshi mungkin penasaran, ia langsung membuka gadgetnya dengan cepat.
"eh, lo–aduh"
"gue gak mau berurusan sama dia kak, masalahnya berurusan sama anak osis cukup repot"
"lo pikir gue lagi gak ada masalah sama dia?" nada suaranya meninggi.
Baru kali ini gue ngeliat Hoshi yang lagi diamuk emosi. Wajahnya bener bener keliatan bete dan kedua alisnya beradu. Kedua jari jempolnya juga dengan cepat menghapus chat yang gue kirim dan mengubah dengan chat lain.
Tanpa berkata panjang, ia beranjak dari kursinya.
"ayo naik, gue ceritain di rumah" Hoshi memberikan helm nya. Walau ia sangat marah, tapi nada suaranya mulai kembali normal.