lima puluh

761 83 24
                                    

Napas keduanya beradu. Hoshi memajukan wajah tanpa rasa ragu, mendaratkan bibirnya pada bibir Saemi. Awalnya perempuan itu menolak. Namun, saat kecupannya dibalas, Hoshi terkejut.



Berada di sekitaran kolam renang dengan pemandangan luas memang nampak indah. Tapi, tidak untuk Hoshi dan Saemi yang 'mau' melakukan hal itu. Jadi, mereka pergi ke kamar.



Esok paginya cuacana dingin. Hoshi yang sudah terbangun lebih dulu datang ke dapur, memasak sesuatu karna Saemi kelelahan.



"halo?"



"Hosh, alamat Kyulkyung sudah gue kirim ya . . ."



"Hoshi" panggil Saemi tiba tiba.



Sontak Hoshi menutup panggilan masuknya. Ia berjalan masuk ke kamar sambil memegangi sodet di tangan kanan.



Saemi masih terbaring berselimut tebal. Tubuhnya tidak bisa bergerak, butuh bantuan untuk duduk. Nyatanya Hoshi membantunya hingga ke dapur.



"kamu . . . ngapain?"



Hoshi tertawa kecil, "bikin sarapan, kamu kecapean soalnya"

Hoshi tertawa kecil, "bikin sarapan, kamu kecapean soalnya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saemi menatap kosong Hoshi, lalu ke sekitar. Sunyi. Walau begitu, ia tetap suka. Hoodie milik suaminya benar benar hangat, padahal Hoshi sendiri hanya memakai kaus tipis.



Saemi kagum dengan sarapan yang telah jadi. Sebelumnya Hoshi tidak bisa masak, tapi kali ini hampir meraih kata sempurna.



Lumayan bagi seorang direktur memasak nasi goreng kimchi. Daripada tidak masak sama sekali.



"udah dapet alamat Kyulkyung?"



Hoshi mengangguk, mulutnya penuh nasi. Bahkan pipinya menggembung. Melihat wajah lucu Hoshi, Saemi merasa gemas. Ia tertawa sambil mengacak-acak rambut si suami.



Namun, Hoshi hanya diam melihat Saemi yang tengah tersenyum lebar. Seketika senyumnya juga nampak. Ia merasa senang tanpa sebab.



"kalo kaki kamu masih rada keram, kita ke rumah Kyulkyung besok besok aja, Saem"



"jangan dipaksa" lanjutnya.



Saemi mengiyakan. Memang sih kedua kaki, punggung hingga pundak agak nyeri sedikit. Baru kali ini ia merasakan rasa sakit secara bersamaan.



Tiba tiba Hoshi terkekeh. Sontak Saemi menoleh, satu alis diangkat karna tidak mengerti kenapa ia terkekeh.



"tapi, kamu lumayan"



"hm? lumayan apa?"



"main di ranjangnya" jawab Hoshi langsung.

"main di ranjangnya" jawab Hoshi langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mendengar cowo itu membahas soal semalam, ia meraih pisau lalu diarahkan ke Hoshi. Kini, kekehan tersbeut berubah jadi tawa. Hoshi benar benar puas melihat reaksi Saemi.



Siang ini keduanya memutuskan untuk datang ke rumah Kyulkyung. Rasa nyeri yang dirasa Saemi sudah mendingan.



Sekitar 30 - 40 menitan, berbagai tempat dikunjungi. Berusaha mencari alamat yang pas, bertanya tanya pada orang sekitar sampai singgah sebentar di supermarket.



Pada akhirnya, mereka menemukan rumah Kyulkyung karna salah seorang penjaga kompleks memberitahunya.



Seorang pelayan membawa Hoshi dan Saemi masuk, menunggu di ruang tamu sementara perempuan itu memanggil yang lain.



Perlahan muncul seorang perempuan berusia kisaran 50an bersama gadis kecil dengan kunciran strawberry. Begitu lucu sampai menyadarkan Saemi bahwa anak itu ialah anak Kyulkyung.



Melihat kehadiran Hoshi, perempuan yang bisa disebut sebagai ibunya Kyulkyung langsung menghampiri. Ia nampak sedih sekaligus senang.



"ya tuhan, Hoshi"



Hoshi menjawab, "halo lagi, tante"



Selagi keduanya berbincang, Saemi berjongkok hingga dirinya setara dengan si anak kecil. Mau bertanya siapa namanya, tapu Saemi tidak bisa bahasa mandarin.



Tiga cangkir teh dan makanan beraneka ragam disediakan. Ibu Kyulkyung bertanya.



"kalian sudah menikah?"



Keduanya mengangguk.



"syukurlah. Kyulkyung memang bukan yang terbaik untukmu, Hoshi"



Ibu Kyulkyung menghela napas dalam dalam.



"semenjak Kyulkyung hamil, ayah dari anaknya tidak mau bertanggung jawab. Ia menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi Aram"



Saemi menatap anak kecil itu. Ternyata namanya Aram.



"Kyulkyung terpaksa harus kembali ke Korea. Seorang pria tua mengancamnya. Lalu kini, ia pergi untuk selamanya"



Suasana menjadi sedih seketika. Foto Kyulkyung yang dipajang di ruang tamu membuat Saemi merasa kasihan. Hidupnya pasti berat.



Aram tiba tiba mendekat pada Saemi. Ia terpaku dengan anting mutiara perempuan itu.



"Aram umur berapa tante?"



"3 tahun, ia bisa bicara sedikit sedikit"



Hoshi memandang anak kecil dan si istri bergantian. Keduanya cepat akrab. Bahkan Aram terus tertawa begitu Saemi membuat suara suara aneh.



Melihat hal itu, ia menawarkan suatu hal yang bisa dibilang cukup berat jika ibunya Kyulkyung tidak setuju.



"tante"

"tante"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"apa Aram bisa saya adopsi bersama Saemi?"



Sontak Saemi berhenti bermain. Ia menatap Hoshi. Adopsi? Apakah terlalu berat bagi orang tua Kyulkyung untuk melepaskan cucunya.



"Hoshi, tante ngerti kamu merasa bersalah sama Kyulkyung. Tapi . . ."



"eomma . . .?"



Hoshi dan ibu Kyulkyung menoleh, menatap Aram yang baru saja memanggil Saemi dengan sebutan mama.



Tidak hanya itu, ia sampai naik ke pangkuan Saemi dan memeluknya erat. Memberi kesan tidak akan melepas sama sekali.



"baiklah, Hoshi" ujar orang tua Kyulkyung.



Hoshi kembali melihat ke arah awal.



"kamu boleh menjadikan ia sebagai anakmu"

𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang