Hari ini, gue udah sah menjadi siswa kelas 3. Koridor sekolah terlihat ramai karna diisi oleh siswa siswi baru.
Bruk!
"aa! maaf kak!"
Tepat saat berbelok memasuki bagian tangga, seorang siswi berambut kepang menabrak. Kami berdua sama sama buru buru, makanya suara tabraknya terdengar keras.
Siswi tersebut membawa segelas kopi. Gak dipungkiri baju putih gue ketumpahan akan hal itu. Melihat air berearna coklat hampir menyeluruh ke seragam, ia terus meminta maaf.
Salah gue juga sih, kenapa gak dipakai rompinya.
"gak apa apa, kamu sendiri ada yang luka?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia menggeleng. Nametag di bagian kanan rompi menunjukan bahwa nama siswi ini ialah Shin Yuna. Sekilas gue mengingat bahwa Yuna merupakan salah satu siswi yang ikut club dance.
Begitu bel masuk berbunyi, gue menghabiskan waktu di kamar mandi. Walau pun nanti tertutup sama rompi, kalau noda nya gak hilang bisa lengket.
15 menit kemudian, gue baru memasuki kelas. Wali kelas Park terkenal tentang kegalakannya. Ia bisa menjadi sensitif seketika.
Rumor itu gue percaya karna sekarang, karna keterlambatan gue masuk ke dalam kelas, ia memberi hukuman berdiri di depan.
"Yuna yang anak kelas 2 itu?" Aisha menyantap makan siangnya.
"iya. Lagipula ia gak sengaja"
Saat istirahat tiba, gue tidak membuka bekal dari mama sedikit pun. Aisha juga sering khawatir karna belakangan ini wajah gue terlihat tirus.
Sampai sekarang gue masih gak srek aja sama mama. Mengingat soal tamparan itu, gue jadi berpikiran bahwa perlakuan baiknya hanya untuk menutup kejadian tersebut.
Sepulang dari sekolah, gue dipanggil ke ruang guru. Wali kelas Park memberikan satu tumpuk kertas berisi data siswa siswi baru, yakni kelas 1, untuk dicek satu per satu.
"maaf bu, hanya saja. . ."
"apa?" Bu Park memotong pembicaraan.
"saya ada les drama musikal"
Ia terdiam sebentar. Kepalanya menoleh ke arah laptop lalu kembali menghadap gue. Sobekan kertas bertuliskan email seseorang diberikan, spontan tanda tanya besar langsung muncul.
"ini email ibu. Kamu kerjakan di rumah ya? kalau sudah selesai kirimkan ke saya"
Sebenarnya apa yang tengah dilakukannya sih sampai harus menyuruh siswa mengerjakan pekerjaan guru. Senyum terpaksa gue lontarkan. Perlahan pamit pulang.