empat dua

705 89 22
                                    

Author POV



Rumah sakit kali ini sepi, memudahkan Dokyeom mengejar Hani. Tepat di depan pintu masuk, ia berhasil menghentikan langkah teman SD nya.



"Han, Hani!"



Hani hanya menoleh.



"lo jangan pikirin perlakuan Hoshi tadi, suasana hatinya lagi gak baik baik aja"



"makasih, Kyeom, kalau lo berusaha menghibur gue tapi . . ."

Tiba tiba Hani tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba tiba Hani tersenyum. Ia benar benar berusaha untuk tetap tegar padahal air mata nampak di kedua mata. Menurutnya, lebih baik menangis dalam diam.



". . . rasa benci Hoshi terhadap gue gak akan hilang sampai kapan pun"



Setetes air mata berhasil turun, Hani mulai menangis namun mencoba menutupnya dengan menghadap ke arah lain. Sontak Dokyeom menarik ia ke dalam pelukan.



Jangan tanya seberapa terkejutnya Hani. Ia juga tidak pernah menyangka sebelumnya. Bahkan pelukan yang diberikan oleh Dokyeom justru membuat ia merasa baikan.



"jangan di tahan, nangis saja. Gak akan ada yang melihat lo"



Ujaran Dokyeom barusan menyentuh. Hani menangis tanpa ragu sekarang. Terkadang seseorang butuh pelukan jika tengah merasa kesedihan.



Begitu pula Dokyeom.



Tapi, ia tidak pernah merasakan hal itu.



Sebelumnya, tiap kali menangis, aktor musikal tersebut selalu mengharapkan Saemi memeluknya. Atau setidaknya bertanya apakah ia baik baik saja.



Karna tidak ingin Hani merasakan hal yang sama, maka dari itu ia menggantikan posisi Hoshi untuk memeluknya.



Di satu sisi, Hoshi masih duduk diam menatap Saemi. Apa yang terlintas di pikiran pak Jang hingga bekerja sama dengan papa sampai berani mencoba aksi pembunuhan sang pacar.




Bagian lutut cewe itu nampak kebiruan. Papa pasti membanting ia ke lantai, pikirnya.



Kejadian tragis tersebut terus menghantui isi kepala Hoshi. Ia sampai tidak bisa tidur hingga pagi menyambut.



Tok, tok, tok.



Ketukan pintu berhasil membuat Hoshi beranjak dari kursi. Ia langsung menggapai gagang pintu begitu melihat kedatangan pak Jang.



Dengan raut wajah yang sinis, Hoshi membawanya masuk ke dalam.



"bagaimana kabarnya?"



Pertanyaan pak Jang benar benar tidak masuk akal. Bagaimana bisa seorang pembunuh bertanya soal kabar orang yang menjadi target aksi pembunuhannya?



𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang