dua tujuh

877 96 19
                                    

Klek.



Tatapan Aisha dan Hoshi merupakan hal pertama yang nampak begitu gue masuk. Tidak lagi menoleh ke arah belakang untuk memastikan keadaan Dokyeom. Jujur, ia orang paling baik yang pernah gue temui.



Pertanyaan umum keluar dari mulut Aisha, ia juga menyudahi baca bukunya.



"Saemi? ada perlu sama kak Hoshi ya?"



Selama lebih dari 5 detik, gue diam di tempat. Lamunan gak jelas itu hilang begitu Aisha kembali mengulang pertanyaan yang sama.



Namun, gue masih saja menutup mulut rapat rapat. Sesekali memandang Hoshi, ia juga menunggu maksud kedatangan gue di samping ranjang Aisha.



Tiba tiba rasa ragu dan takut menguasai diri.



Gak boleh! Harus berani. Dokyeom sudah merelakan gue demi Hoshi. Bahkan sampai diantarkan begini. Kalau melihat gue senang, ia juga ikut senang!



Kedua tangan gue kepal. Helaan napas panjang terdengar. Dalam hitungan detik, gue melangkah menghampiri Hoshi.



Langkah ke empat merupakan langkah terakhir. Gue membalik badan, menghadap Aisha. Salah satu alisnya naik pertanda bingung.







































































































































"gue pacaran sama Hoshi!"
















































































































































Pertama, raut wajah Aisha menunjukan bahwa ia sedikit terkejut. Kedua, Hoshi juga langsung menoleh. Dan yang ketiga, tidak ada respon sama sekali. Semua sunyi.



Ia mendadak tertawa.



"mabuk ya Saem, makanya salah ngomong gitu?"



Karna keadaan gue agak basah begini, pasti mabuk ialah hal yang dipikirkan oleh Aisha. Ia tidak berhenti ketawa sampai akhirnya gue mengulang perkataan yang sama.



Berkali kali pula ia mengelak.



"gue serius, Sha!"



"kak Hoshi bisa kok nganterin lo pulang. Kayaknya udah parah banget mabuknya"



Butuh berapa juta kali gue ucapkan agar ia percaya. Entah disengaja atau tidak, terlihat begitu jelas pada diri Aisha bahwa ia berusaha berpikiran positif.



Tawa kerasnya berhenti begitu Hoshi meraih tangan kiri gue. Ia menggenggamnya tepat di hadapan perempuan itu.


























































































𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang