lima tujuh

682 68 47
                                    

"MINGGIR! MINGGIR!"



"TOLONG CEPAT MINGGIR!"



Teriakan para perawat, dokter dan Hoshi menggema di seluruh sudut ruangan. Beberapa orang mulai menyingkir, mereka menatap ke arah Saemi yang sudah terbaring tanpa sadar di ranjang.



Pendarahan hebat saat di perjalanan menuju rumah sakit menghilangkan kesadarannya perlahan. Aram yang terus diangkat Hoshi hanya bisa diam. Ia menahan tangisan melihat kondisi sang ibu.



30 menit semenjak Saemi masuk ke ruang operasi, Dokyeom datang. Dengan cepat Hani menenangkan Aram. Ia langsung memeluknya.



"apa yang terjadi?" tanya Dokyeom, napasnya terengah engah.



Seharusnya Dokyeom tahu alasan mengapa Saemi masuk ke ruang operasi sekarang. Jadi, Hoshi diam tak bersuara. Sedangkan di satu sisi, Aram sudah menangis.



"sini, Aram" Hoshi menghadap ke arah Hani.

"sini, Aram" Hoshi menghadap ke arah Hani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"mari tunggu mama di sini, ya?"



Perlahan anak itu mengangguk. Hani memberikannya pada Hoshi. Bukannya tidak mau digendong orang lain, Hanya saja Hoshi paham bagaimana rasanya menjadi Aram. Masih kecil, tidak memiliki orang tua dan kini ibu angkatnya terserang penyakit.



Sekitar 15 menit kemudian, dr. Ahn keluar. Sontak Hoshi berdiri menghampirinya, begitu pula Dokyeom. Ketiganya sangat ingin mendengar kabar Saemi, jadi dr. Ahn menyampaikan dengan mudah.












































































































































"kami mengangkat rahimnya"














































































Teng!!!



Layaknya terhantam batu besar, sebagian diri Hoshi runtuh mendengar rahim sang istri diangkat. Ia tidak pernah menduga hal ini akan terjadi sebelumnya.



"kami mengambil jalan ini karna jika penyakit itu ditanggulangi terus menerus menggunakan obat, kondisi pasien Saemi akan memburuk"



"tapi . . ."



"sudahlah, Kyeom" potong Hoshi.



Hoshi menoleh ke arah Dokyeom. Ia tersenyum tipis padahal hancur seperti debu. Di satu sisi Aram tidak mengerti apa itu rahim. Jadi, ia tidak bereaksi lebih.



𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang