dua tiga

878 92 12
                                    

"kak Hoshi masih belum pulang juga, ma?"



"iya, tadi udah kabarin mama katanya mau temenin Aisha yang cedera di rumah sakit sih"



Ini sudah pukul 9 malam, sedangkan kecelakaan Aisha saja terjadi pada pagi hari. Sudah berapa jam mereka bersama. Sial, gue terus kepikiran kan jadinya.



Baru sampai di kamar, tepat saat menaruh tas atas meja, Dokyeom menelpon. Gue sengaja diamkan karna ingin beres beres dulu. Ah padahal tadi udah dibilang juga, kenapa anak itu gak pernah ngerti sih?



Terus mendengar getaran dari panggilan masuknya membuat gue geram. Begitu sampai di kamar mandi, gue langsung balik ke meja.



"aku mau mandi, ada apa?"



"ah, mianhe"



Gue mengerutkan kening dan mengecam,



"ada apa? cepat bicara"



"nanti, kamu mandi saja dulu"



Tanpa membalas perkataannya, gue langsung matikan. Bahkan di tengah tengah mandi pun gue membanting tempat scrub karna susah sekali dibuka.



Gak hanya itu, setelah mandi juga sama. Padahal pendingin ruangan nyala, tapi kenapa gue merasa kegerahan hei?!



Pada akhirnya seluruh kekesalan gue mereda begitu terbaring di atas kasur sambil menatap langit langit. Earphone seperti biasa, memutar lagu Digital Lover – Crush dengan volume penuh.



Sampai gak sadar bahwa Dokyeom memandang sedari tadi di ambang pintu. Kehadirannya benar benar misteri, tidak ada suara apapun seperti langkah kaki.



"enak ya dengerin lagu sambil natap langit langit gitu?"

"enak ya dengerin lagu sambil natap langit langit gitu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"iya, ada feelnya tersendiri gitu"



Kini kami berdua sama sama duduk berhadapan. Dokyeom tiba tiba menjadi sedikit murung. Entah apa penyebabnya, hanya saja ia menatap gue terus menerus.



Status kami sebagai sesama pacar mungkin menjadi salah satu hal pendorong ia memajukan wajahnya. Tapi, begitu tersisa sekitar 5 cm, gue memalingkan wajah, menunduk tak berani memandangnya.



"kenapa?"



"kenapa Saem?"



Sebuah pertanyaan serta penegasan ulang dilontarkan tepat di depan telinga gue. Ia pasti merasa terbebani juga bingung.



Gue menggigit bibir bawah, berusaha menjawab dengan kata kata yang tidak menyakiti hatinya. Walau pada akhirnya Dokyeom harus menerima kenyataan pahit.



𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang