Mama menoleh. Kami sempat terdiam sebentar, sebelum akhirnya sebuah kata 'boleh' keluar dari mulut mama. Mungkin ia berpikir bahwa sudah lama Hoshi tidak berinteraksi dengan gue.
Kedua tangan mengepal. Sapaan karyawan karyawan membuat gue harus terlihat ramah layaknya Hoshi. Duh, kenapa ruangannya panas sih? atau dari diri gue nya?
Langkah kami berhenti di sebuah cafetaria. Tanpa mengucapkan satu kata, gue hanya mengikuti dari samping. Ia mengantri.
"hm, lemon tea dan choco mint satu"
Keadaan memang canggung. Apalagi kami terlihat kayak orang asing. Tidak saling menatap maupun bicara. Orang orang juga heran melihatnya.
Setelah pesanan jadi, meja luar dipilih. Udara sore ini memang cukup segar, ditambah minum lemon tea. Sudah lama gak pernah menghabiskan waktu diluar. Gue jadi tersadar bahwa selama ini hidup gue habis hanya untuk drama musikal.
"apa sekolahnya lancar?" tanya Hoshi tiba tiba.
Saking gugupnya, gue menjawab dengan terbata bata.
"uhm, l–lancar lancar aja"
Melihat keadaan dimana gue sangat gugup berhasil membuat Hoshi tertawa. Awalnya kesal mendapat respon seperti itu, tapi sudah lama tidak melihat tawanya.
Ngomong ngomong, Hoshi kurusan. Apa ia sama stress nya dengan gue?
"Saem, sampe sekarang aku masih ngerasa bersalah"
"bersalah soal apa?" gue meneguk lemon tea nya.
"putusin hubungan kita"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untung saja tidak jadi tersedak. Ayolah, hal itu sudah berbulan bulan lamanya. Membicarakannya kembali hanya bisa mengulang rasa sakit yang sama.
Senyuman terangkat di wajah. Perlahan gue menunduk sambil memainkan jari jari.
"apa kak Hoshi tau? aku beneran salah dari awal"
Kini, Hoshi menaruh fokus terhadap gue. Entah kenapa rasanya mau menjelaskan secara terang terangan rasa kesal gue saat itu.
Saat dimana ia memutuskan hubungan kami.
"hadir sebagai adik sekaligus mantan pacar. Aku jadi stress parah. Berat badan turun, gak nafsu makan, kurang tidur, sampai harus minum beberapa obat"
Kalau sampai Hoshi menceritakan hal yang sama, itu cukup membuktikan bahwa ia benar benar sayang. Mungkin status keluarga menjadi penghalang bagi kami. Apalagi sebatas kakak dan adik tiri.
Ucapan gue barusan meninggalkan bekas di pikiran Hoshi. Ia ikut khawatir mendengarnya. Pasti. Bayangkan saja kalian mencoba untuk menghilangkan rasa sakit setelah putus dengan menyibukkan diri, namun efek samping dari hal tersebut benar benar terasa.