Selama kurang lebih 10 kali, gue terus menarik napas untuk menghilangkan rasa grogi. Terkadang sakit perut, namun masih bisa diatasi. Untungnya perias mengerti keadaan gue dan memutar musik.
Setelah selesai dirias, gue duduk di sofa untuk menenangkan diri. Berbagai teman mulai dari teman SMA, teman yang tinggal di luar negri hingga Dokyeom masuk untuk bertemu.
Ia masuk dengan mengenakan setelan jas yang rapi.
"deg degan kan? hahahaha"
Dokyeom memang sering memanaskan suasana, termasuk sekarang. Bukannya bantu nenangin malah diledekin. Tapi, anehnya ledekan tersebut justru membuat gue jadi legaan dikit.
Begitu Dokyeom berdiri tepat di depan, ia tersenyum hangat.
"Saem, lo inget gak waktu kita umur 7 tahun pernah ada segerombolan anak cowo yang gangguin lo?"
Gue mengangguk. Beneran deh, hari itu Dokyeom keren banget. Ia rela menggantikan posisi gue untuk jatuh ke dalam lumpur karna anak cowo tersebut malakin gue.
"semenjak kejadian itu, gue jadi janji sama diri sendiri buat nikahin lo suatu saat nanti"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"gue gak mau ada yang gangguin lo dan siap jaga tiap per detiknya"
Mendengar perasaan Dokyeom berhasil membuat gue kasihan padanya. Namun, ia masih saja tersenyum seperti raganya tuh kuat banget padahal nggak sama sekali.
Dokyeom anaknya perasa. Karna ia aktor musikal, pasti menahan raut wajahnya sekarang hanyalah sebuah akting semata. Gue tahu ia sedih gak karuan.
Di satu sisi, gue gak bisa membalas ucapan tadi dengan lisan. Jadi, gue beranjak lalu memeluk Dokyeom untuk yang terakhir kalinya.