empat belas

1.2K 126 3
                                    

Paginya, langit cerah tanpa ada tanda tanda akan hujan. Aisha bilang ia sudah merasa baikan dan kembali fokus pada pelajaran. Benar benar ambis.



"lo sekolah nggak?" tanyanya.

"lo sekolah nggak?" tanyanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue masih memainkan ponsel di atas ranjangnya, sedangkan ia sudah siap berangkat sekolah. Gue memutar kedua bola mata hingga akhirnya memutuskan untuk,



"nggak, gue gak sekolah dulu"



Aisha memasukkan kembali seragam yang tadinya ingin dipinjamkan. Ia langsung pamit. Gak lupa juga bilang sama nyokap bokapnya kalau gue singgah disini sebentar.



Tanpa diceritakan juga kedua orangtua Aisha tau apa yang tengah gue alami.



Selagi merapikan kamarnya, gue terus menerus mengecek ponsel. Menunggu chat masuk dari Hoshi.



Sampai pukul 10 pun gue belum mendapat pesan masuk darinya. Tersirat rasa khawatir. Bagaimana jika ia dibawa oleh mama dan papa diam diam? ah, sulit banget.



"Saemi?"



Kehadiran mama Aisha memecahkan lamunan gue. Ponsel yang tengah dicas langsung gue taruh kembali.



"iya tante?"



"ada yang menunggu di bawah"



Mendengar ada seseorang yang datang menjemput, gue berpikiran bahwa Hoshi lah yang datang. Namun, saat menuruni satu anak tangga, gue mendengar suara Dokyeom.



K–kok dia bisa tau gue disini?

K–kok dia bisa tau gue disini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melihat kedatangan gue menaikkan senyumnya. Gue secara terang terangan bertanya kenapa ia datang dan bagaimana bisa ia tau.



"tante yang bilang, katanya gue suruh jemput lo di rumah Aisha"



Gue mendecik kesal. Tanpa berlama lama, gue berterima kasih pada kedua orangtua Aisha karna sudah memberi tempat walau pun sehari.



𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang