Terkadang seseorang mengambil resiko yang besar demi tujuannya tercapai. Begitu pula pada Hoshi. Ia berani bicara secara terang terangan di atas panggung.
"apa? cerai? Pak Kwon, ada apa ini?" kini, semua tamu mulai bertanya pada papa.
Pria tua yang disebut sebagai mantan direktur tersebut berusaha menghindar dari mereka, namun ia dikepung di ujung ruangan.
Ini pertemuan antar rekan kerja. Membawa masalah keluarga apalagi perceraian sampai ke sini tidak diperbolehkan.
Tiba tiba Hoshi menarik gue keluar. Kami berlari layaknya pasangan menikah yang kabur dari makan malam bersama.
Dengan memakai dress ini, gue lumayan kesusahan berlari. Untung saja Hoshi mengerti, ia memelankan sedikit kecepatannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Begitu sampai di luar, bus yang hampir jalan itu diberhentikan. Kakak memilih kursi paling belakang. Gak heran beberapa orang mulai memperhatikan karna pakaian kami.
Suara napas terengah engah beradu. Hoshi membenarkan jas, lalu memosisikan kepala gue di pundaknya.
"kamu capek, senderan aja"
"kita mau kemana?"
Hoshi terdiam. Sudah gue duga pasti ia juga tidak tahu. Tapi, sama sekali gak ada rasa khawatir bila bersama dengannya. Bahkan jika harus tersesat sekali pun, gue merasa aman karna ada kakak.
"ikuti saja perjalanan tak berujung ini" jawabnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terdengar seram, namun menyenangkan secara bersamaan.
Sekitar 45 menit duduk di dalam bus, akhirnya di pemberhentian terakhir Hoshi membangunkan gue yang gak sengaja ketiduran.
Nyatanya, kami beneran tersesat.
Di lapangan luas dengan rumput panjang berhasil menenangkan hati. Beberapa puluh meter dari sini terdapat perumahan yang terlihat tidak berpenghuni.
