delapan

1.5K 166 1
                                    

Hoshi menggantung kunci kamarnya di samping komputer. Ia menghela napas dalam dalam seraya duduk di kursi gamingnya. Gue sendiri hanya bisa terdiam di atas ranjang.




"gak usah khawatir, papa marahnya cuma sebentar" ucap Hoshi berusaha menenangkan.




Namun, tetap saja. Suaranya yang lantang dan besar tadi membekas di kepala. Papa kandung gue dulu gak berani bentak kayak gini. Ternyata punya papa tiri gak seenak yang dipikirkan.




Melihat murungnya wajah gue membuat Hoshi menjadi tidak nyaman. Ia menaruh handphone di atas meja, lalu mulai mengajak bicara.




"boleh ceritain kepribadian mama gak?"




Senyumnya sekilas membuat gue sedikit terpana. Bahkan hampir 10 detik gue memandang.

"mama kekanak kanakan, ia sensitif, berbicara pelan, dan fashion-able"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"mama kekanak kanakan, ia sensitif, berbicara pelan, dan fashion-able"




Hoshi mengangguk. Ia juga menyampaikan kepribadian papa. Ternyata, pria itu memiliki sifat keras kepala, pekerja keras, tegas, serta setia.




Menjelaskan tentang keduanya cuma memberi ketenangan sebentar. Gue kembali memikirkan soal amarah mama dan papa.




Mungkin untuk Hoshi yang sudah tinggal bersama papa akan santai. Tapi tidak untuk gue.




"masih memikirkan soal tadi?" kini ia berdiri menoleh ke arah komputernya. Mengetik sesuatu di platform youtube.




Tanpa mendengar jawaban gue, Hoshi memutar lagu klasik lalu menghampiri gue yang berjarak 3 langkah. Tangan kanannya dijulurkan, ia juga menunjukan senyum terbaiknya.




Gue hanya melihat pada telapak tangannya. Kembali menghadap ke arahnya sambil memberikan ekspresi bingung.




"ayo, dansa"




Dua kata barusan membuat gue menaikkan kedua alis. Dansa? Ia mengajak berdansa?




"drama musikal juga belajar soal menari kan?"




Gue kembali menghadap ke telapak tangannya. Perlahan meraih dengan seribu pikiran di kepala. Kapan lagi gue akan berdansa bersamanya? Bukannya ini yang gue mau?




Rasa ragu hilang seketika. Kini, kami berdua berjalan menuju tengah, tempat yang jauh lebih leluasa. Tangan kanan Hoshi memegang pinggang gue, sedangkan tangan satunya lagi menggenggam erat tangan kiri gue.

 Tangan kanan Hoshi memegang pinggang gue, sedangkan tangan satunya lagi menggenggam erat tangan kiri gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang