dua enam

834 87 18
                                    

Seminggu kemudian, dokter mengizinkan gue pulang dan kejadian tak terduga dimulai.



Bukan soal Hoshi, melainkan papa. Bahkan saat baru menginjakan kaki di rumah pun, pria tua yang menjadi papa sambung tersebut tidak menolehkan kepala.



"Hoshi, tolong bawa Saemi ke kamar ya" ujar mama.



Ia mengangguk pelan seraya memegangi. Perlahan melangkah hingga sampai kamar. Percuma juga mama suruh bawa gue ke atas, suara teriakan mereka kan terdengar sampai sini.



Entah kenapa Hoshi juga ikut diam. Kami sama sama mendengar pertikaian antara mama papa. Anehnya, kami berdua mengucapkan kata maaf bersamaan.



Minta maaf atas kelakuan orang tua masing masing.



"bukannya ini ya yang kita mau?"



"iya ya, dari dulu kan emang berusaha misahin mereka" jawab gue sambil tertawa kecil.



Di satu sisi, gue seperti mengerti kenapa sikap papa berubah. Selama ini kan, hidup mama dan gue terbantu karna papa. Ia memberikan segala akses seperti mobil, pakaian, dsb.



Mengetahui bahwa gue sengaja menabrakkan diri pasti membuatnya marah. Bukan marah karna kebodohan yang gue tempuh, melainkan marah karna mobilnya hancur.



Seketika lamunan tadi hilang begitu Hoshi secara tidak sengaja menyentuh jari jari tangan. Ia membaringkan diri.



"Saem, kamu masih pacaran ya sama Dokyeom?"



Gue hanya diam, tidak berani mengangguk atau menjawab dengan alasan lain. Serba salah kalau merespon juga. Intinya gue gak mau kehilangan Hoshi, apalagi melihatnya bersama Aisha.



Coba saja gue bisa terus terang soal perasaan ke dia. Gengsi gue terlalu tinggi. Membuat harga diri menjadi rendah tahu.



"emang kenapa nanya begitu?"



Hoshi menarik napas,



"gapapa sih, yang penting kamu pacar aku juga hehe" tiba tiba ia tertawa.

"gapapa sih, yang penting kamu pacar aku juga hehe" tiba tiba ia tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue ikut membaringkan diri. Langit langit kamar berwarna biru muda terlihat indah jika dipandang pagi hari. Warnanya jadi cerah.



Tanpa aba aba Hoshi memutar tubuhnya. Ia mendekap tubuh gue layaknya boneka. Bahkan sampai tidak bisa bergerak.



"ahh, kapan ya aku bisa peluk kamu kayak gini pas lagi diluar rumah?"



"aku harap dalam waktu dekat keinginan barusan terkabul"



Lagi lagi Hoshi berterus terang. Gampang ya. Andai aja gue bisa kayak dia juga.
























































































































































































𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang