tiga tiga

755 86 29
                                    

"H–Hoshi!"



Gue agak menjauh dari kakak. Ia beneran mabuk berat, bahaya kalau sampai bertindak lebih lanjut. Bahkan cara ia menatap kedua mata gue saja sudah mengerikan.



"aku mau ganti baju. Kakak tidur aja"

 Kakak tidur aja"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Begitu mau melangkah ke kanan, tiba tiba Hoshi menghentikan. Raut wajahnya berubah drastis. Ia bersikap layaknya anak umur 5 tahun.



Namun gue terus mengelak. Semua tindakan yang ia lakukan sekarang kan di bawah alam sadar. Bisa tambah berantakan kalau diladenin.



Sebelum pergi, gue menepis sedikit genggaman tangannya. Tentu Hoshi langsung terdiam. Ia seperti marah. Entahlah, gue gak terlalu mempedulikan.



"ya!" kakak meraih tangan kiri gue dan memegang erat.



"are you sure don't wanna try it?"



Gue tertegun. Senyum Hoshi yang naik sebelah membuat jantung gue berdegup kencang. Sial. Bahkan mau melepas pun gak bisa.



Tanpa mendengar jawaban gue, kakak langsung menarik gue ke atas ranjang. Ia tidak bicara, hanya suara cekikikan yang terdengar.



Shit!



"tenang Saem, tenang. Ini gak akan sakit"



"t–tapi . . ."



Bruk.



Napas gue yang terengah-engah langsung kembali normal begitu melihat Hoshi jatuh ke lantai. Ia sudah tidur. Fiuh, hampir aja.



Perlahan gue mengangkat tubuhnya agar tidur di atas ranjang. Setelah posisinya sudah benar, gue buru buru ganti pakaian sebelum ia bangun lagi.



Esokan paginya, gue terbangun akibat ada sesuatu yang menusuk nusuk bagian pipi. Ternyata Hoshi. Ia menabrakan jari telunjuknya.



"jam 10 nanti kita pulang"



Ah iya, baru ingat. Sekarang jam 9, tersisa 1 jam lagi. Karna kesini gak bawa barang apapun, jadi kami bebas bebas aja.



Tepat pukul 09.45, gue dan Hoshi berpamitan. Hampir seluruh warga berdiri di depan gapura yang menjadi tempat pertama yang kami datangi.



Tidak lupa juga untuk berterima kasih pada ahjumma. Ia mengatakan bahwa jangan sungkan sungkan datang lagi jika ingin. Mereka akan menyambut dengan senang.



Di dalam bus, gue menyaksikan berbagai perubah dari desa kecil itu sampai gedung elite kota. Lambat laun lapangan luas, pohon rindang, hingga sungai sungai berubah menjadi bangunan bangunan bertingkat.



𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘁𝗶𝗿𝗶 - 𝗵𝗼𝘀𝗵𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang