PERINGATAN⚠️
•BANYAK KATA-KATA & ADEGAN KASAR, MOHON UNTUK TIDAK DITIRU!!!!
•BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA!
•18+ (ADEGAN PEMBUNUHAN)
•DIPENUHI TEKA-TEKI
•MEMBUAT KALIAN SUSAH MOVE ON
•MENGANDUNG BOMBAY
•DAPAT MEMBUAT MATA KAL...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketiganya kembali ke dalam kelas hanya untuk mengambil tas, lalu memutuskan untuk segera pulang. Reno lebih dulu ke parkiran dan mengemudikan mobil ke arah sahabatnya. Lelaki berambut ikal itu hendak membukakan pintu untuk Rani, tetapi terlambat, Arnol lebih dulu melakukannya. "Rani duduk sama aku aja, di tengah."
Rani yang masih benar-benar shock hanya berdiam diri, tangan Arnol tak lepas terus merangkulnya. Awalnya Rani bilang bisa menghadapi Pangeran, lalu apa? Ujung-ujungnya takut juga.
Reno membuang napas pasrah. Sedikit merasa bersalah ada di hatinya, dan sedikit kesal juga. "Kalian berdua duduk di tengah, terus gue yang bawa mobil? Kalian kira gue supir?"
Pandangan Arnol beralih ke arah Tio yang hendak menghampiri mereka. "Tuh, ada kak Tio. Suruh duduk di depan, gak kayak supir, kan?"
Tok tok tok.
Tio mengetuk kaca mobil, Reno menurunkan kaca tersebut. "Ayo kak, masuk."
Tio menggeleng. "Arnol, Reno, nitip Rani ya. Saya mau memeriksa Cctv sama pak Jaja, dan mencari tahu tentang Pangeran yang kabur ke arah belakang sekolah tadi. Kalian duluan aja, ya? Tapi jangan tinggalin Rani sendirian di rumah sebelum saya pulang. Oke?"
Reno membuang napas pasrah. Nasib sudah.
Arnol mengangguk. "Siap kak! Tenang aja."
"Oke, terima kasih."
Tio pergi begitu saja.
"Jalan, Pak!" pinta Arnol.
Ingin sekali Reno menguncit mulut sahabatnya itu. Tetapi, itung-itung menebus rasa bersalahnya karena tidak bisa membantu Rani tadi. Yasudah, tidak masalah. "Siap pak, mau di anter ke mana nih? Bayarannya seratus ribu satu orang, ya?"
Arnol terkekeh, lantas melempar tas ke arah wajah sahabatnya itu. Shit! Membuat Reno mengupat. Kali ini, dia benar-benar teraniaya.
"GAK SOPAN SAMA PAK SUPIR!"
~~~
Arnol memasak bubur ayam dan membuat teh hangat. Jangan kaget kenapa lelaki berlesung pipi itu sangat ahli di dapur. Sejak kecil dia memang tinggal bersama orangtuanya. Tetapi, untuk urusan makan, sarapan, cuci baju, cuci piring, masak, bersihin kamar, dan banyak lagi. Itu dia lakukan sendiri. Kedua orangtuanya mana mau melakukan hal gak guna semacam itu, kata mereka sih buang-buang waktu.
Tak apa, itu justru membuat Arnol menjadi lelaki mandiri dan kuat seperti sekarang.
Setelah semuanya selesai, Arnol membawakan dua mangkuk bubur ayam dan tiga cangkir teh hangat ke arah ruang tengah. Di ruangan itu sudah ada kedua sahabatnya. "Nih, makan dulu," Arnol menyodorkan bubur tadi ke arah Reno dan Rani. Sedangkan dia, tidak tertarik untuk makan.