PERINGATAN⚠️
•BANYAK KATA-KATA & ADEGAN KASAR, MOHON UNTUK TIDAK DITIRU!!!!
•BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA!
•18+ (ADEGAN PEMBUNUHAN)
•DIPENUHI TEKA-TEKI
•MEMBUAT KALIAN SUSAH MOVE ON
•MENGANDUNG BOMBAY
•DAPAT MEMBUAT MATA KAL...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arnol, Reno, Rani, dan Tio saat ini berada di belakang rumah Rani. Keempatnya menyempatkan waktu untuk membantu Rani memandikan Momo. Sudah lama sekali Momo tidak diurus, ini akibat sang pemilik terlalu sibuk dengan masalah ini dan itu.
Tio duduk di bawah pohon, mencari tempat yang sedikit teduh. Netranya menatap ketiga anak di hadapannya. Reno yang tengah memandikan Momo, Arnol yang tengah menyikati kuku Momo. Dan Rani yang sibuk memotret kedua sahabatnya, sesekali gadis itu juga membuat snapgram.
Ketiga sahabat itu nampak sangat bahagia. Tio terus memandang mereka. "Tidak mungkin salah satu dari mereka tidak memiliki rasa cinta. Persahabatan lawan jenis tidak selamanya bisa bersahabat. Akan ada saatnya mereka berpisah."
Tio berharap hal itu tidak terjadi. Tiba-tiba ingatannya kembali kepada Pangeran. Anak yang sedikit mencurigakan itu. Bukan Pangeran pendongeng, tetapi Pangeran teman satu kelas ketiga anak di hadapannya sekarang.
Tio meraih ponselnya, mengetik sesuatu di sana, lantas mengarahkan ponsel ke telinga. "Hallo Der, saya bisa meminta bantuan kamu?"
"...."
"Saya ingin kamu mencari tahu latar belakang seseorang. Nanti saya kirim foto dan namanya."
Telpon dimatikan.
Tio langsung mengirim foto Pangeran kepada temannya. Tinggal menunggu hasilnya saja, paling lama satu hari. Tio juga tahu, temannya itu pasti sibuk dengan pekerjaannya yang lain.
Arnol, Reno, dan Rani menghampiri Tio yang duduk di bawah pohon. Reno langsung meraih air minum yang telah Rani sediakan, haus sekali. Membersihkan Momo memang sangat menguras tenaga.
Rani duduk di sebelah Tio. Tio tersenyum manis seraya mengacak-acak rambut keponakannya itu.
"Saya sudah meminta bantuan teman saya untuk mencari tahu latar belakang Pangeran, teman kelas kalian itu."
Reno tersedak. Netranya membulat sempurna. Gawat sekali. Bagaimana jika mereka tahu kalau Pangeran adalah saudaranya?
▪️▪️▪️
Langit mulai berwarna jingga, burung-burung kembali terbang ke sarangnya. Lelaki itu membuka pintu dengan perlahan, takut jika sang ayah datang dan kembali memukulinya lagi.
Arnol melangkah pelan, sekali lagi dia merutuki kebodohannya. Kenapa kakinya sulit sekali diajak bersahabat? Kenapa harus lewat pintu depan, biasanya juga dia melompat masuk dari jendela kamar.
Seperti biasa, lelaki paruh baya yang mungkin berumur 35 tahun itu tengah bersantai menonton televisi, dan dia juga terlihat seperti sedang menelpon seseorang. Patut diakui, Alfon memang sudah menua, tetapi jiwa dan parasnya masih kelihatan seperti remaja. Alfon cukup gagah dan tampan.
Arnol berdiam diri di tempat. Dia seakan tertarik untuk menguping pembicaraan ayahnya itu.
"Tenang saja, sejak dia kecil sudah saya lakukan itu."