Ingkar Janji dan Kehancuran

18 4 0
                                    

[Part 51]

Keknya impian gue buat tamatin nih cerita sebelum tahun 2022 gak kesampaian deh😭

Udahlah, hayuk di baca aja

Setelah jam pembelajaran pertama selesai, Arnol merenggangkan otot-ototnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah jam pembelajaran pertama selesai, Arnol merenggangkan otot-ototnya. Jari-jari tangannya terasa begitu lelah habis menulis banyaknya catatan yang diberikan oleh Bu Susi. Perlahan, pandangan Arnol beralih ke arah dua insan di sampingnya, melihat Rani yang masih setia menulis padahal bel istirahat sudah berbunyi, dan Reno? Lelaki itu justru sejak tadi bermain games di ponselnya. Ah, Arnol tidak habis pikir, kapan sih Reno mau meminta maaf kepadanya ataupun kepada Pangeran? Kurang bukti apa yang mengatakan kalau Pangeran jelas-jelas saat itu membelanya, ditambah lagi Pangeran ternyata tidak bersalah.

Arnol menghembuskan napas berat. Kalau ini mau Reno, baiklah, Arnol akan mengikuti permainannya. Siapa bilang dia tidak bisa marah kepada sahabatnya sendiri? Bisa kok.

"Nol, kantin?" tanya Pangeran.

Arnol mengangguk. "Oke, duluan aja ntar aku nyusul."

"Yah, barenglah, lo mau ngapain lagi?"

Arnol menggaruk lehernya yang tak gatal. "Engh, enggak ada sih. Cuma mau beres-beres ini." Tunjuk Arnol pada buku-bukunya yang berserakan di atas meja.

"Yauda, gue tungguin."

Arnol memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Tidak dapat berbohong, sejak tadi pandangan Arnol selalu jatuh ke arah kedua sahabatnya. Sebenarnya, Arnol tidak ingin terlalu lama berdiam-diaman seperti ini, apalagi kepada orang yang dia sayangi. Tapi mau gimana lagi? Reno yang membuatnya seperti ini.

"Ran, mau ikut?" tawar Arnol sebelum benar-benar pergi ke kantin.

Rani menatap Reno sesaat. Lelaki itu masih fokus dengan benda pipih miliknya dan headset yang sejak tadi dia gunakan. "Ren, mau ikut gak? Gue mau ke kantin bareng Arnol dan Pangeran."

Reno tidak membalas sepatah kata pun.

Rani menggeram kesal, gadis berambut sebahu itu menarik headset yang Reno kenakan. "LO MAU IKUT KE KANTIN GAK?"

"Hah?" Reno menganga bingung. "Kantin?" Kedua netranya beralih ke arah Arnol dan Pangeran. "Enggak, lo aja. Gue gak laper."

"Beneran?"

"Hm."

"Yauda kalau gitu." Rani berjalan ke arah Arnol dan melingkarkan tangannya di lengan sahabatnya itu. "Yok, Nol, Reno gak mau."

Deru napas Reno kembali memburu. Sial! Tahan. Tahan. Tahan. Arnol sahabat lo sendiri Ren, lo jangan egois. Rani kan udah biasa manja sama lo atau sama Arnol, jadi santai ajalah. Keep calm.

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang