[Part 25]
Seseorang berlari dengan cepat, membuat peluh bercucuran dari dahinya. Sesekali dia berhenti hanya untuk menormalkan napasnya, dia menunduk, kedua tangan dia letakkan di atas lutut. Lelah sekali. Lelaki berlesung pipi itu benar-benar urakan, pakaiannya berantakan dan basah oleh butir-butir keringat yang membasahi tubuh. Namun, tak mengurangi sedikitpun ketampanannya.
Saat hampir mendekati tujuan, larinya semakin cepat. Luka di kaki, tangan, dan di pipinya juga sudah mengering. Ah, tidak. Nanti pasti akan ada luka tambahan lagi. Arnol lupa kalau ayahnya itu tidak suka jika lukanya sembuh.
Napas Arnol tersengal-sengal. "Mi-num!"
Dengan cepat Rani menuangkan secangkir air putih untuk sahabatnya itu. Kebetulan sekali dia dan Tio saat ini sedang duduk santai di teras, jadi tidak perlu masuk ke dalam rumah hanya untuk mengambil air minum. "Lo ya!"
Arnol meneguk habis secangkir air putih itu. Dia membuang napas lega lantas duduk di sebelah Tio yang tengah membaca koran.
"Mungkin ini yang ke sejuta kalinya gue ngomong sama lo! Kalau ke rumah gue itu naik taksi aja. Gak punya duit? Gue bayarin. Bukan lari-lari kek gini! Lo kira jarak rumah lo ke rumah gue sedeket dulu? Gak. Jauh, Nol. Jauh!"
Arnol menghela napas. Memandang gadis di hadapannya. "Iya iya, maaf. Ini yang terakhir deh."
Rani berdecak. "Terserah," gadis berpipi chubby itu masuk ke dalam rumahnya begitu saja.
Arnol terkekeh, pandangannya beralih menghadap insan di sebelahnya. "Keponakan kakak marah tuh."
Tio hanya membalas dengan senyuman tipis. "Salah sendiri."
"Ya... gimana ya... aku malu kak ngerepotin dia terus."
"GUE GAK NGERASA DIREPOTIN!"
Eh? Arnol mengalihkan pandangannya ke dalam rumah. "JANGAN NGUPING!"
"TERSERAH GUE!"
"GAK USAH SOK-SOKAN NGAMBEK, SINI BURUAN, ADA INFO PENTING."
"GAMAUUuu~ UU~"
Arnol kembali menatap Tio. "Gimana kak?" tanya Arnol dengan volume suara yang mengecil.
Tio meletakkan koran di atas meja, jarinya menunjuk ke arah belakang rumah.
Arnol tersenyum penuh kemenangan. Dia mengerti apa yang Tio maksud. "Pinter."
"RANI~"
"GAK USAH MANGGIL-MANGGIL!"
"KELUAR BENTAR, YOK."
"GAK."
"AKU PUNYA SESUATU BUAT MOMO."
"Apa?" tanya Rani yang tiba-tiba sudah berada tepat di sebelah Arnol. Lelaki beralis tebal itu sontak kaget, giliran masalah Momo aja dia cepet.
"Apa? Apa yang buat Momo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SNOW BLACK
FantasyPERINGATAN⚠️ •BANYAK KATA-KATA & ADEGAN KASAR, MOHON UNTUK TIDAK DITIRU!!!! •BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA! •18+ (ADEGAN PEMBUNUHAN) •DIPENUHI TEKA-TEKI •MEMBUAT KALIAN SUSAH MOVE ON •MENGANDUNG BOMBAY •DAPAT MEMBUAT MATA KAL...